tidak semua hadist itu benar2 hadis ..ada sebagian orang yang mengubah atau memalsukan hadist
sebagai umat islam kita jangan terlalu fanatik ...tetapi kita juga jangan sampai
merehkan perkataan suci rasullullah...kita lihat dulu hadistnya jika hadistnya menyampaikan kebaikan maka itu harus kita tiru
jika mengajak ke dalam keburukan akhlak maka itu sudah jelas hadist palsu,karena rasullallah manusia yang paling good akhlaknya jadi tidak mungkin mengajarkan yang mungkar
dan bagi anda yang membaca jangan langsung dilakukan apa yang di dlam hadis hayati dulu makna hadist karena rasullullah memberikan kata2 yang sedikit tapy memiliki seribu makna kebaikan
gunakan belajar hadist untuk menyempurnakan akhlak kita..barakallah
Kitab Wudhu:sumber hadist 5.0
Bab Ke-1: Apa-apa yang diwahyukan mengenai wudhu dan firman Allah, "Apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuhlah) kakimu sampai dengan kedua mata kaki." (al-Maa'idah: 6)
Abu Abdillah berkata, "Nabi saw. menjelaskan bahwa kewajiban wudhu itu sekali-sekali.[1] Beliau juga berwudhu dua kali-dua kali.[2] Tiga kali-tiga kali,[3] dan tidak lebih dari tiga kali.[4] Para ahli ilmu tidak menyukai berlebihan dalam berwudhu, dan melebihi apa yang dilakukan oleh Nabi saw."
Bab Ke-2: Tiada Shalat yang Diterima Tanpa Wudhu
90. Abu Hurairah
r.a. berkata, "Rasulullah saw bersabda, 'Tidaklah diterima shalat orang yang
berhadats sehingga ia berwudhu.' Seorang laki-laki dari Hadramaut bertanya,
"Apakah hadats itu, wahai Abu Hurairah?" Ia menjawab, "Kentut yang tidak
berbunyi atau kentut yang berbunyi."
Bab Ke-3: Keutamaan Wudhu dan Orang-Orang yang Putih Cemerlang Wajah, Tangan, serta Kakinya karena Bekas Wudhu
91. Nu'aim al-Mujmir r.a. berkata, "Saya naik bersama Abu Hurairah ke atas masjid. Ia berwudhu lalu berkata, 'Sesungguhnya aku pernah mendengar Nabi bersabda, 'Sesungguhnya pada hari kiamat nanti umatku akan dipanggil dalam keadaan putih cemerlang dari bekas wudhu. Barangsiapa yang mampu untuk memperlebar putihnya, maka kerjakanlah hal itu.'"[5]
Bab Ke-4: Tidak
Perlunya Berwudhu karena Ada Keragu-raguan Saja Hingga Dia Yakin Sudah Batal
Wudhunya
92. Dari Abbad bin
Tamim dari pamannya, bahwa ia mengadu kepada Rasululah saw. tentang seseorang
yang membayangkan bahwa ia mendapat sesuatu (mengeluarkan buang angin) dalam
shalat, maka beliau bersabda, "Janganlah ia menoleh atau berpaling sehingga ia
mendengar suara, atau mendapatkan baunya."
(Dan dalam riwayat
mu'allaq : Tidak wajib wudhu kecuali jika engkau mendapatkan baunya atau
mendengar suaranya 3/5).[6]
Bab Ke-5:
Meringankan dalam Melakukan Wudhu
93. Ibnu Abbas r.a.
berkata, "Pada suatu malam saya menginap di rumah bibiku, yaitu Maimunah [binti
al-Harits, istri Nabi saw, 1/38] [dan pada malam itu Nabi saw berada di sisinya
karena saat gilirannya. Lalu Nabi saw mengerjakan shalat isya, kemudian pulang
ke rumah, lalu mengerjakan shalat empat rakaat]. [Saya berkata, "Sungguh saya
akan memperhatikan shalat Rasulullah saw.." 5/175]. [Kemudian Rasulullah saw
bercakap-cakap dengan istrinya sesaat, lantas istrinya melemparkan bantal kepada
beliau], [kemudian beliau tidur 5/174]. [Kemudian saya berbaring di hamparan
bantal itu, dan Rasulullah saw. berbaring dengan istrinya di bagian panjangnya
bantal itu, lalu Rasulullah saw tidur hingga tengah malam, atau kurang sedikit
atau lebih sedikit 2/58]. Kemudian Nabi saw bangun malam itu (dan dalam satu
riwayat: Kemudian Rasulullah saw bangun, lalu duduk, lantas mengusap wajahnya
dengan tangannya terhadap bekas tidurnya [lalu memandang ke langit], kemudian
membaca sepuluh ayat dari bagian-bagian akhir surah Ali Imran). (Dan pada suatu
riwayat: Yaitu ayat "Inna fii khalqis samaawaati wal-ardhi wakhtilaafil-laili
wannahaari la-aayaatin li-ulil albaab"). Lalu beliau menyelesaikan
keperluannya, mencuci mukanya dan kedua tangannya, kemudian tidur]. Pada malam
harinya itu Nabi saw. bangun dari tidur. Setelah lewat sebagian waktu malam
(yakni tengah malam), Nabi saw. berdiri lalu berwudhu dari tempat air yang
digantungkan dengan wudhu yang ringan -Amr menganggapnya ringan dan sedikit
[sekali 1/208]. (Dan pada satu riwayat disebutkan: dengan satu wudhu di antara
dua wudhu tanpa memperbanyak 7/148), [dan beliau menyikat gigi], [kemudian
beliau bertanya, "Apakah anak kecil itu sudah tidur?" Atau, mengucapkan kalimat
lain yang serupa dengan itu]. Dan (dalam satu riwayat: kemudian) beliau berdiri
shalat [Lalu saya bangun], (kemudian saya membentangkan badan karena takut
beliau mengetahui kalau saya mengintipnya 7/148]. Kemudian saya berwudhu seperti
wudhunya. Saya datang lantas berdiri di sebelah kirinya (dengan menggunakan kata
"yasar")- dan kadang-kadang Sufyan menggunakan kata "syimal". [Lalu Rasulullah
saw. meletakkan tangan kanannya di atas kepalaku, dan memegang telinga kanan
saya sambil memelintirnya]. (Dan menurut jalan lain: lalu beliau memegang kepala
saya dari belakang 1/177. Pada jalan lain lagi, beliau memegang tangan saya atau
lengan saya, dan beliau berbuat dengan tangannya dari belakang saya 1/178).
Lalu, beliau memindahkan saya ke sebelah kanannya,[7] kemudian beliau shalat sebanyak yang
dikehendaki oleh Allah. (Dan menurut satu riwayat : lalu beliau shalat lima
rakaat, kemudian shalat dua rakaat. Pada riwayat lain lagi, beliau shalat dua
rakaat, dua rakaat, dua rakaat, dua rakaat, dua rakaat, dan dua rakaat lagi,
kemudian shalat witir. Dan dalam satu riwayat, beliau mengerjakan shalat sebelas
rakaat). (Dan pada riwayat lain disebutkan bahwa sempurnalah shalat nya tiga
belas rakaat). Kemudian beliau berbaring lagi dan tidur sampai suara napasnya
kedengaran. (Dalam satu riwayat: sehingga saya mendengar bunyi napasnya) [dan
apabila beliau tidur biasa berbunyi napasnya]. Kemudian muazin (dalam satu
riwayat: Bilal) mendatangi beliau dan memberitahukan bahwa waktu shalat telah
tiba, [lalu beliau mengerjakan shalat dua rakaat yang ringan/ringkas, kemudian
keluar]. Kemudian Nabi pergi bersamanya untuk shalat, lalu beliau mengimami
[shalat Subuh bagi orang banyak] tanpa mengambil wudlu yang baru." [Dan beliau
biasa mengucapkan dalam doanya:
'Ya Allah, jadikanlah cahaya di dalam hatiku, cahaya di dalam pandanganku, cahaya di dalam pendengaranku, cahaya di sebelah kananku, cahaya di sebelah kiriku, cahaya di atasku, cahaya di bawahku, cahaya di depanku, cahaya di belakangku. Dan, jadikanlah untukku cahaya.']".
Kuraib berkata, "Dan, tujuh di dalam tabut (peti). Kemudian saya bertemu salah seorang anak Abbas, lalu ia memberitahukan kepadaku doa itu, kemudian dia menyebutkan:
"Dan (cahaya) pada sarafku, pada dagingku, pada darahku, pada rambutku, dan pada kulitku."
Dia menyebutkan dua hal lagi. Kami (para sahabat) berkata kepada Amr, "Sesungguhnya orang-orang itu mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah saw itu tidur kedua matanya dan tidak tidur hatinya." Amr menjawab, "Aku mendengar Ubaid bin Umair[8] mengatakan bahwa mimpi Nabi adalah wahyu. Kemudian Ubaid membacakan ayat, "Innii araa fil manami annii adzbahuka" 'Aku (Ibrahim) bermimpi (wahai anakku) bahwa aku menyembelihmu (sebagai kurban bagi Allah)'." (ash-Shaaffat: 102)
Bab Ke-6:
Menyempurnakan Wudhu
Ibnu Umar berkata,
"Menyempurnakan wudhu berarti mencuci anggota wudhu secara sempurna."[9]
(Saya berkata,
"Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan hadits Usamah dengan isnadnya yang akan
disebutkan pada [25 -Al Hajj/ 94 - BAB]."
Bab Ke-7:
Membasuh Muka dengan Kedua Belah Tangan dengan Segenggam Air
94. Ibnu Abbas r.a.
mengatakan bahwa ia berwudhu, yaitu ia membasuh wajahnya, ia mengambil seciduk
air, lalu berkumur dan istinsyaq 'menghirup air ke hidung' dengannya.
Kemudian ia mengambil seciduk air dan menjadikannya seperti itu, ia menuangkan
ke tangannya yang lain lalu membasuh mukanya (wajahnya) dengannya. Kemudian ia
mengambil seciduk air lalu membasuh tangannya yang kanan. Lalu ia mengambil
seciduk air lalu membasuh tangannya yang kiri dengannya, kemudian mengusap
kepalanya. Kemudian ia mengambil seciduk air lalu memercikkan pada kakinya yang
kanan sambil membasuhnya. Kemudian ia mengambil seciduk yang lain lalu membasuh
kakinya yang kiri. Kemudian ia berkata, "Demikianlah saya melihat Rasulullah saw
berwudhu."
Bab Ke-8: Mengucapkan Basmalah dalam Segala Keadaan dam ketika Hendak Bersetubuh
(Saya berkata,
"Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Ibnu Abbas yang
akan disebutkan pada [67 -An Nikah / 67 - BAB].")
Bab Ke-9: Apa
yang Diucapkan ketika Masuk ke W.C.
95. Anas berkata, "Apabila Nabi saw. masuk (dan dalam riwayat mu'allaq[10] : datang, dan pada riwayat lain[11]: apabila hendak masuk) ke kamar kecil (toilet) beliau mengucapkan,
"Allaahumma inni
a'uudzu bika minal khubutsi wal khabaa itsi 'Ya Allah, sesungguhnya kami
berlindung kepada Mu dari setan laki-laki dan setan wanita'."
Bab Ke-10: Meletakkan Air di Dekat W.C.
96. Ibnu Abbas r.a
mengatakan bahwa Nabi saw masuk ke kamar kecil (W.C.), lalu saya meletakkan air
wudhu untuk beliau. Lalu beliau bertanya, "Siapakah yang meletakkan ini (air
wudhu)?" Kemudian beliau diberitahu. Maka, beliau berdoa, "Allaahumma faqqihhu
fiddiin 'YaAllah, pandaikanlah ia dalam agama'"
Bab Ke-11: Tidak Boleh Menghadap Kiblat ketika Buang Air Besar atau Kecil Kecuali Dibatasi Bangunan, Dinding, atau yang Sejenisnya
97. Abu Ayyub
al-Anshari r.a. berkata, "Rasulullah saw bersabda, Apabila salah seorang di
antaramu datang ke tempat buang air besar, maka janganlah ia menghadap ke kiblat
dan jangan membelakanginya. [Akan tetapi, l/103] menghadaplah ke timur atau ke
barat (karena letak Madinah di sebelah utara Kabah-penj).'"
[Abu Ayyub berkata,
"Lalu kami datang ke Syam, maka kami dapati toilet-toilet menghadap ke kiblat.
Kami berpaling dan beristighfar (memohon ampun) kepada Allah Ta'ala"]
Bab Ke-12: Buang Air Besar dengan Duduk di Atas Dua Buah Batu
98. Abdullah bin
Umar r.a. berkata, "Sesungguhnya orang-orang berkata, 'Apabila kamu berjongkok
untuk menunaikan hajat (buang air besar/kecil), maka janganlah menghadap ke
kiblat dan jangan pula ke Baitul Maqdis'" Lalu Abdullah bin Umar berkata,
"Sungguh pada suatu hari saya naik ke atap rumah kami (dan dalam satu riwayat:
rumah Hafshah, karena suatu keperluan 1/46), lalu saya melihat Rasulullah saw di
antara dua batu [membelakangi kiblat] menghadap ke Baitul Maqdis (dan dalam satu
riwayat: menghadap ke Syam) untuk menunaikan hajat beliau." Beliau bersabda,
"Barangkali engkau termasuk orang-orang yang shalat di atas pangkal paha." Saya
menjawab, "Tidak tahu, demi Allah." Imam Malik berkata, "Yakni orang yang shalat
tanpa mengangkat tubuhnya dari tanah, sujud dengan menempel di tanah."
sumber hadist 5.0
0 komentar:
Posting Komentar