Kamis, 16 Februari 2012



Liverpool - Kasus rasisme yang melibatkan Luis Suarez sampai juga ke telinga Presiden Uruguay, Jose Mujica. Yakin pemainnya tak bersalah, Mujica melontarkan pembelaan pada pesepakbola Liverpool itu.

"Suarez bukan seorang rasis, dan dia tak akan pernah menjadi seperti itu," sergah Presiden Mujica seperti diberitakan Yahoosports.

Suarez dijatuhi hukuman delapan pertandingan setelah dinyatakan bersalah melontarkan kalimat bernada rasis pada Patrice Evra. Dia kemudian memunculkan kontroversi lain saat menolak berjabat tangan dengan pemain Manchester United itu.

Kejadian tersebut membuat Suarez dapat banyak kritik dari media dan pelaku sebakbola Inggris. Sesuatu yang disebut Presiden Mujica sebagai 'berlebihan'.

"Beberapa orang tidak tahu dia tak belajar soal protokol diplomatik . Dia anak yang hebat di atas lapangan, orang yang sederhana yang datang dari kemiskinan. Untuk alasan ini, kami mencintainya," tuntas Presiden Mujica.


Manchester - Kapan Sir Alex Ferguson akan pensiun? Pertanyaan yang sampai saat ini belum bisa dijawab tentunya. Tapi jika Fergie akhirnya pensiun, Ryan Giggs adalah sosok yang paling pantas menggantikannya.

Di umurnya yang sudah menginjak 70 tahun, Fergie masih mumpuni memimpin anak asuhnya mengarungi ketatnya Liga Inggris dan kompetisi-kompetisi yang lain. Selama 1/4 abad masa kepelatihannya, ia membawa Manchester United jadi salah satu klub yang disegani di dunia.

Tapi manusia tidak bisa melawan yang namanya umur dan suatu saat Fergie pasti akan meletakkan jabatannya itu, meski belum tahu kapan itu akan dilakukannya. Maka calon-calon suksesornya sudah bermunculan dengan Jose Mourinho serta Josep Guardiola jadi kandidat terkuat.

Jika pertanyaan soal suksesor Fergie diajukan kepada Paul Scholes, maka gelandang veteran Inggris itu menyebut Giggs sebagai sosok yang pantas menjadi manajer MU selanjutnya.

Meskipun Giggs saat ini masih bermain dan belum punya pengalaman melatih, tapi pria Wales berusia 38 tahun itu dinilai Scholes punya satu keunggulan utama, yakni mengenal betul filosofi dan sejarah MU sebagai sebuah klub besar.

Beberapa media Inggris melapokan jika Fergie sudah memberi "restu" kepada Giggs untuk menjadi penerusnya di kursi manajer 'Setan Merah'.

"Orang-orang mungkin akan berbicara soal Jose Mourinho. Itu dapat berubah cepat - ini semua soal siapa yang sedang sukses saat ini," tutur Scholes kepada FourFourTwo.

"Apakah mereka orang Inggris atau pelatih asing, Anda hanya ingin orang terbaik untuk pekerjaan itu. Saya merasa Ryan Giggs pantas menjadi manajer," tuntas Scholes.



Amsterdam - Kemenangan Manchester United atas Ajax Amsterdam membawa tumbal dengan cederanya Antonio Valencia. Winger asal Ekuador itu harus absen selama sebulan.


Dilansir dari situs resmi The Red Devils, Valencia mengalami masalah dengan hamstringnya saat perebutan bola di lapangan tengah dengan pemain lawan. Kejadian itu pula yang mengawali terciptanya gol kedua MU dari Javier Hernandez di menit 85.

Valencia yang masuk sebagai pemain pengganti akhirnya harus ditarik keluar dan digantikan Danny Welbeck.

Seusai laga manajer MU, Sir Alex Ferguson, mengonfirmasi jika gelandang 26 tahun itu harus istirahat selama kurang lebih empat pekan.

Cederanya Valencia ini tentunya merupakan pukulan bagi Fergie dan MU karena si pemain sedang tampil on fire dalam sebulan terakhir. Ia pun diganjar dengan gelar pemain terbaik MU bulan Januari lalu.

Untuk kedua kalinya musim ini Valencia harus mendekam di ruang perawatan, setelah ia absen selama dua bulan di awal musim ini pasca cedera engkel saat memperkuat Ekuador di Copa America.

Novitasari Dewi Salusi - detikSport
Jumat, 17/02/2012 00:44 WIB
Browser anda tidak mendukung iFrame

FOTO:(Getty Images/Alex Livesey)
London - Rentetan hasil buruk yang diraih Chelsea tak membuat Andre Villas-Boas tertekan. Dirinya tetap percaya diri karena yakin masih mendapat dukungan dari pemilik Chelsea, Roman Abramovich.

Posisi Villas-Boas saat ini sedang berada dalam sorotan menyusul hasil tak memuaskan yang diraih Chelsea di empat laga terakhir di Premier League. Usai meraih hasil imbang di tiga laga, akhir pekan lalu Juan Mata dkk. takluk 0-2 di kandang Everton.

Kekalahan itu tak hanya menipiskan peluang The Blues merengkuh titel juara Liga Primer Inggris musim ini. Mereka juga terlempar dari posisi empat besar dan menghuni posisi lima usai digusur oleh Arsenal.

Meski sedang berada dalam sorotan akibat hasil minor yang diraih Chelsea, Villas-Boas tak merasa ada dalam tekanan. Ia masih percaya diri dan yakin dengan dukungan dari Abramovich.

"Saya pikir tidak, tapi itu adalah pertanyaan yang harus Anda tanyakan pada pemilik," sahut manajer asal Portugal itu saat ditanya soal posisinya di kursi pelatih Chelsea yang terancam seperti dilansir oleh Sky Sports.

"Saya pikir pemilik klub ini punya kepercayaan penuh pada saya dan akan terus maju dengan ide yang kami miliki."

Kekalahan 0-2 dari Everton juga berbuntut kabar tak sedap. Villas-Boas dikabarkan kehilangan dukungan dari pemainnya.

Meski demikian ia menilai hal itu sebagai sesuatu yang wajar. Ia menyebut tak semua pemain harus mendukungnya.

"Itu normal. Mereka tidak harus mendukung proyek saya. Pemilik lah yang mendukung proyek saya," tuntasnya.
Arsenal Diminta Segera Lupakan Kekalahan di San Siro
Mohammad Resha Pratama - detikSport
Jumat, 17/02/2012 06:30 WIB
Browser anda tidak mendukung iFrame
FOTO:AFP/Andreas Solaro
London - Kekalahan dari AC Milan boleh jadi tak akan mudah dilupakan oleh para pemain Arsenal. Tapi demi menjaga sisa musim mereka kali ini, The Gunners diminta segera membuang jauh bayang-bayang hasil buruk itu.


Petualangan Arsenal di Liga Champions berada di ujung tanduk setelah kalah empat gol tanpa balas dari Milan di leg 1 babak 16 besar Liga Champions, Kamis (16/2/2012) dinihari WIB kemarin.

Sulit bagi Arsenal untuk bisa membalikkan keadaan di leg kedua atau kalau boleh dibilang peluang mereka sudah tertutup. Maka kans Arsenal untuk meraih gelar musim ini tinggal tersisa di Piala FA saja.

Maka demi menyelamatkan peluang itu, Arsenal tentu tak boleh lama-lama berlarut dalam kekecewaaan pasca mimpi buruk di San Siro pertengahan pekan ini. Juara 13 kali Liga Inggris itu diminta segera bangkit dari keterpurukan.

"Ketika Anda menjadi seorang pesepakbola profesional, Anda harus segera membuang jauh-jauh hal buruk dari kehidupan Anda," pinta bek Arsenal, Thomas Vermaelen, seperti dilansir Soccernet.

"Kami akan belajar dari apa yang terjadi di Milan, tapi penting di saat-saat seperti ini untuk tetap mempunyai mental kuat dan fokus di laga-laga berikutnya," sambungnya.

Arsenal akhir pekan ini sudah ditunggu Sunderland di Stadium of Light pada babak kelima Piala FA. Kemenangan tentu akan jadi obat kekecewaan paling mujarab untuk mental Robin van Persie dkk.

"Satu-satunya hal yang kami bisa lakukan adalah mengingat bahwa kami masih punya satu laga tersisa. Kini kami harus memperlihatkan harga diri kami dan memberikan penampilan 100 persen kami di leg kedua."

"Kami harus membalas sesuatu kepada seluruh fans Arsenal yang sudah datang ke stadium di Milan dan sudah kami kecewakan. Kami harus memikirkan mereka saat ini karena apa yang terjadi tidak bagus. Yang bisa kami lakukan adalah memberikan mereka hasil bagus di kandang," tuntas Vermaelen.

sumber:detik

tidak semua hadist itu benar2 hadis ..ada sebagian orang yang mengubah atau memalsukan hadist
sebagai umat islam kita jangan terlalu fanatik ...tetapi kita juga jangan sampai 
merehkan perkataan suci rasullullah...kita lihat dulu hadistnya jika hadistnya menyampaikan kebaikan maka itu harus kita tiru
jika mengajak ke dalam keburukan akhlak maka itu sudah jelas hadist palsu,karena rasullallah manusia yang paling good akhlaknya jadi tidak mungkin mengajarkan yang mungkar
dan bagi anda yang membaca jangan langsung dilakukan apa yang di dlam hadis hayati dulu makna hadist karena rasullullah memberikan kata2 yang sedikit tapy memiliki seribu makna kebaikan
gunakan belajar hadist untuk menyempurnakan akhlak kita..barakallah 


larangan berbuat zalim:sumber hadist 5.0

Dari Abu Dzar Al-Ghifari rodhiallohu ‘anhu dari Nabi sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda meriwayatkan firman Alloh ‘azza wa jalla, bahwa Dia berfirman, “Wahai hamba-hambaku, sesungguhnya Aku mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku mengharamkannya pula atas kalian, maka janganlah kalian saling menzalimi. Wahai hamba-hambaKu, kalian semua tersesat, kecuali orang yang Aku beri hidayah, maka mintalah hidayah itu kepada-Ku, niscaya kuberikan hidayah itu kepadamu. Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian lapar, kecuali orang-orang yang aku beri makan, maka mintalah makan kepada-Ku, niscaya Aku berikan makanan itu kepadamu. Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian adalah orang-orang tidak berpakaian, kecuali orang-orang yang telah Kuberi pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku, niscaya Aku berikan pakaian itu kepadamu. Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian senantiasa berbuat dosa di malam dan siang hari sedangkan Aku akan mengampuni semua dosa, maka mintalah ampun kepada-Ku, niscaya Aku ampuni kalian semua. Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian tidak dapat mendatangkan kemanfaatan bagi-Ku sehingga tidak sedikit pun kalian bermanfaat bagi-Ku. Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian semua tidak akan dapat mendatangkan bahaya bagi-Ku sehingga tidak sedikit pun kalian dapat membahayakan-Ku. Wahai hamba-hambaKu, andaikan kalian semua dari yang awal sampai yang terakhir, baik dari bangsa manusia maupun jin, semuanya bertakwa dengan ketakwaan orang yang paling takwa di antara kalian, hal itu tidak menambah sedikit pun dalam Kerajaan-Ku. Wahai hamba-hambaKu, andaikan kalian semua dari yang awal sampai yang terakhir, baik dari bangsa manusia maupun bangsa jin, berdiri di atas satu dataran lalu meminta apa pun kepada-Ku, lalu aku penuhi semua permintaan mereka, hal itu sedikit pun tidak mengurangi kekayaan yang Aku miliki, hanya seperti berkurangnya air samudra ketika dimasuki sebatang jarum jahit (kemudian diangkat). Wahai hamba-hambaKu, semua itu perbuatan kalian yang Aku hitungkan untuk kalian, kemudian Aku membalasnya kepada kalian. Maka barang siapa mendapatkan kebaikan, hendaklah ia memuji Alloh, dan barang siapa mendapatkan selain itu, hendaklah ia tidak mencela kecuali dirinya sendirinya.” (HR. Muslim)
HADITS QUDSI
Hadits Qudsi adalah firman Alloh yang disampaikan oleh Nabi sholallahu ‘alaihi wa sallam yang bukan Al Quran. Ulama berbeda pendapat tentang lafaz hadits Qudsi, sebagian berpendapat lafaznya dari Alloh, sebagian yang lain berpendapat maknanya dari Alloh, adapun lafaznya dari Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam
KEZALIMAN
Kezaliman adalah meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya. Kezaliman ada dua martabat, yaitu menzalimi diri sendiri, dan menzalimi orang lain. Menzalimi diri sendiri ada dua bentuk yaitu syirik, dan perbuatan dosa atau maksiat. Menzalimi orang lain adalah menyia-siakan atau tidak menunaikan hak orang lain yang wajib ditunaikan.
HIDAYAH
Hidayah ada dua macam yaitu Hidayatul Irsyad dan Hidayatut Taufiq. Hidayatul Irsyad adalah ilmu dan penjelasan. Hidayatut Taufiq adalah amal terhadap ilmu atau ittiba’.
Sumber: Ringkasan Syarah Arba’in An-Nawawi - Syaikh Shalih Alu Syaikh Hafizhohulloh - http://muslim.or.id
Penyusun: Ustadz Abu Isa Abdulloh bin Salam (Staf Pengajar Ma’had Ihyaus Sunnah, Tasikmalaya)


tidak semua hadist itu benar2 hadis ..ada sebagian orang yang mengubah atau memalsukan hadist
sebagai umat islam kita jangan terlalu fanatik ...tetapi kita juga jangan sampai
merehkan perkataan suci rasullullah...kita lihat dulu hadistnya jika hadistnya menyampaikan kebaikan maka itu harus kita tiru
jika mengajak ke dalam keburukan akhlak maka itu sudah jelas hadist palsu,karena rasullallah manusia yang paling good akhlaknya jadi tidak mungkin mengajarkan yang mungkar
dan bagi anda yang membaca jangan langsung dilakukan apa yang di dlam hadis hayati dulu makna hadist karena rasullullah memberikan kata2 yang sedikit tapy memiliki seribu makna kebaikan
gunakan belajar hadist untuk menyempurnakan akhlak kita..barakallah



Bab Perintah Memelihara Sunnah Dan Adab-adabnya Riyadhus Shalihin Oleh : Imam Nawawi


Allah Ta'ala berfirman: "Apa saja yang diberikan oleh Rasul kepadamu semua, maka ambillah itu -yakni lakukanlah- dan apa saja yang dilarang olehnya, maka hentikanlah itu." (al-Hasyr: 7)
Allah Ta'ala berfirman lagi: "Ia -yakni Muhammad- itu tidaklah berkata-kata dengan kemauannya sendiri. Itu tiada lain kecuali wahyu yang diwahyukan kepadanya." (an-Najm: 3-4)
Juga Allah Ta'ala berfirman pula: "Katakanlah -hai Muhammad, jikalau engkau semua mencintai Allah, maka ikutilah aku, maka Allah tentu mencintai engkau semua dan akan mengampuni dosa-dosamu." (Ali-Imran: 31)
Allah Ta'ala berfirman pula: "Dan sesungguhnya di dalam pribadi Rasulullah itu merupakan ikutan -teladan- yang baik bagimu semua, juga bagi orang yang mengharapkan menemui Allah dan hari akhir." (al-Ahzab: 21)
Allah Ta'ala berfirman lagi "Tetapi tidak, demi Tuhanmu. Mereka belum beriman benar-benar sebelum mereka meminta keputusan kepadamu dalam perkara-perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak menaruh keberatan dalam hatinya terhadap putusan yang engkau berikan itu dan mereka menyerah dengan penyerahan yang bulat-bulat." (an-Nisa': 65)
Juga Allah Ta'ala berfirman: "Jikalau engkau semua memperselisihkan dalam sesuatu persoalan, maka kembalikanlah itu kepada Allah dan RasulNya, apabila engkau semua benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir." (an-Nisa': 59) Para alim-ulama berkata: "Maksudnya itu ialah supaya dikembalikan sesuai dengan al-Kitab -Al-Qur'an- dan as-Sunnah -Al-Hadits."
Allah Ta'ala berfirman pula: "Barangsiapa mentaati Rasul ia telah benar-benar mentaati Allah." (an-Nisa')
Lagi Allah Ta'ala berfirman: "Dan sesungguhnya engkau itu memberikan petunjuk ke jalan yang lurus yaitu jalan Allah.'' (asy-Syura: 52-53)
Allah Ta'ala berfirman: "Hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul itu menjadi takut, supaya jangan sampai tertimpa oleh kefitnahan atau tertimpa oleh siksa yang pedih." (an-Nur: 63)
Juga Allah Ta'ala berfirman: "Dan ingat-ingatlah olehmu semua -kaum wanita- apa-apa yang dibaca dalam rumah-rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmat -ilmu pengetahuan." (al-Ahzab: 34)
Ayat-ayat dalam bab ini amat banyaknya. Adapun Hadits-haditsnya ialah:
156. Pertama: Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. bersabda: "Tinggalkanlah apa yang saya tinggalkan untukmu semua -maksudnya: Jangan ditanyakan apa yang tidak saya terangkan kepadamu semua, karena sesungguhnya yang menyebabkan kerusakan orang-orang -umat- yang sebelumnya itu ialah sebab banyaknya mereka bertanya-tanya -yang tidak berfaedah- lagi pula mereka suka menyalahi kepada Nabi-nabi mereka. Oleh sebab itu jikalau saya melarang padamu akan sesuatu hal, maka jauhilah itu dan jikalau saya memerintah padamu semua akan sesuatu perkara, maka lakukanlah itu sekuat usahamu." (Muttafaq 'alaih)
Keterangan:Isi yang terkandung dalam hadits ini ialah: Sesuatu yang merupakan larangan, maka sama sekali jangan dilakukan, tetapi kalau berupa perintah, cobalah lakukan sedapat-dapatnya dan jangan putus asa untuk memperbaiki dan menyempurnakannya. Misalnya shalat di waktu sakit: Tidak dapat dengan berdiri, lakukan dengan duduk; tidak dapat dengan duduk, boleh dengan berbaring dan pendek kata sedapat mungkin, asal jangan ditinggalkan sekalipun hanya dengan isyarat memejamkan serta membuka mata dalam melakukan shalat itu. Allah telah berfirman: "Allah tidak memaksa pada seorang melainkan menurut kekuatannya." Ummatnya Nabi Musa 'alaihissalam yang meminta pada beliau sebagaimana kata mereka yang diuraikan dalam al-Quran: "Tampakkanlah pada kita Allah dengan terang-terangan." Bukankah ini permintaan yang melampaui batas dan tidak bermanfaat sedikitpun? Juga seperti umatnya Nabi Isa 'alaihissalam sebagaimana yang diterangkan dalam al-Quran pula. Mereka berkata: "Adakah Tuhan Tuan dapat menurunkan pada kita hidangan dari langit?" Mereka menyangka bahwa Allah tidak kuasa melakukannya. Tetapi setelah dikabulkan permintaan mereka, tetap masih banyak yang ingkar dan kufur. Bukankah ini keterlaluan yang luar biasa? Menyalahi Nabi-nabinya sendiri sehingga menyebabkan timbul bid'ah yang bermacam-macam dan lain-lain lagi. Adapun kalau berselisih dalam memahamkan hukum cabang (furu'iyah), maka itu tidaklah menjadi bahaya sebagaimana sabda Nabi s.a.w.: "Perselisihan umatku adalah rahmat." Tetapi perselisihan yang berbahaya dan tercela ialah apabila soal-soal cabang atau perincian-perincian itu dibesar-besarkan hingga menjadi retaknya barisan umat Islam dalam menghadapi lawannya. Ini sungguh terlarang dalam agama sebagaimana firman Allah: "Dan janganlah engkau semua bercerai-berai, maka akan lemahlah engkau semua dan lenyaplah kekuatanmu."
157. Kedua: Dari Abu Najih al-'Irbadh bin Sariyah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. pernah memberikan wejangan kepada kita semua, yaitu suatu wejangan yang mengesankan sekali, hati dapat menjadi takut karenanya, air matapun dapat bercucuran. Kita lalu berkata: "Ya Rasulullah, seolah-olah itu adalah wejangan seorang yang hendak bermohon diri. Oleh sebab itu, berilah wasiat kepada kita semua!" Beliau s.a.w. bersabda: "Saya berwasiat kepadamu semua, hendaklah engkau semua bertaqwa kepada Allah, juga suka mendengarkan dan mentaati -pemerintahan- sekalipun yang memerintah atasmu itu seorang hamba sahaya Habsyi. Karena sesungguhnya, barangsiapa yang masih hidup panjang -berumur panjang- diantara engkau semua itu ia akan melihat berbagai perselisihan yang banyak sekali. Maka dari itu hendaklah engkau semua menetapi sunnahku dan sunnah para Khalifah Arrasyidun yang memperoleh petunjuk -Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali radhiallahu 'annum; gigitlah sunnah-sunnah itu dengan gigi-gigi taringmu- yakni pegang teguhlah itu sekuat-kuatnya. Jauhilah olehmu semua dari melakukan perkara-perkara yang diada-adakan, karena sesungguhnya segala sesuatu kebid'ahan itu adalah sesat." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih.
Keterangan:Banyak sekali hal-hal penting yang terkandung dalam hadits ini, diantaranya ialah:
  1. Orang yang berpamit yakni hendak meninggal dunia, sebab isi nasihatnya itu sangat mendalam.
  2. Memang kita wajib taat pada pemimpin-pemimpin kita yang memegang pemerintahan itu, apabila mereka itu tetap menjalankan pemerintahan sebagaimana yang diridhai oleh Allah.
  3. Sunnahku yakni perjalanan dan sari hidupku.
  4. Khalifah-khalifah Arrasyidun yakni pengganti-pengganti Nabi yang bijaksana dan senantiasa mengikuti kebenaran. Mereka itu ialah Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali radhiallahu 'anhum.
  5. Gigitlah teguh-teguh yakni peganglah selalu sekuat-kuatmu dan jangan sampai terlepas sedetikpun.
  6. Apa yang disabdakan Nabi s.a.w. ini agaknya kini telah tampak benar, bukankah bermacam-macam perselisihan yang kita hadapi sekarang, baik karena banyak faham yang tumbuh atau memang percekcokan sesama umat Islam sendiri dan lain-lain sebab lagi. Karena itu satu-satunya jalan agar kita tetap selamat di dunia dan akhirat ialah dengan berpegang teguh pada sunnah Nabi s.a.w. dan sunnah khalifah-khalifah Arrasyidun, yang pokok kesemuanya itu ialah dalam kandungan al-Quran dan Hadis.
  7. Bid'ah yakni sesuatu yang tidak ada dalam agama lalu diada-adakan sehingga seolah-olah itu juga termasuk dalam agama. Bid'ah yang sedemikian inilah yang sesat dan setiap yang sesat pasti ke neraka sebagaimana dalam hadits lain disebutkan: "Maka sesungguhnya setiap sesuatu yang diada-adakan, itu bid'ah dan setiap bid'ah adalah sesat dan setiap kesesatan adalah di dalam neraka."
  8. Tetapi kalau yang diada-adakan itu baik (bid'ah hasanah), maka tentu saja tidak terlarang seperti mendirikan sekolah-sekolah (madrasah), pondok-pondok, pesantren-pesantren dengan cara yang serba moden. Semua tidak terlarang sekalipun dalam zaman Rasulullah s.a.w. belum ada.
158. Ketiga: Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Semua umatku itu dapat memasuki syurga, melainkan orang yang enggan -tidak suka." Beliau ditanya: "Siapakah orang yang enggan itu, ya Rasulullah?" Beliau menjawab: "Barangsiapa yang taat kepadaku, maka ia dapat memasuki syurga dan barangsiapa yang bermaksiat padaku - menyalahi ajaranku, maka dialah orang yang benar-benar enggan." (Riwayat Bukhari)
159. Keempat: Dari Abu Muslim; ada yang mengatakan, dari Abu Iyas, yaitu Salamah bin 'Amr bin al-Akwa' r.a., bahwasanya ada seorang lelaki disisi Rasulullah s.a.w., makan dengan tangan kirinya. Kemudian beliau s.a.w. bersabda padanya: "Makanlah dengan tangan kananmu!" Orang itu berkata: "Aku tidak dapat." Beliau s.a.w. bersabda: "Jadi engkau tidak dapat?" Sebenarnya ia berbuat demikian itu hanyalah karena terdorong oleh kecongkaannya belaka. Akhirnya ia benar-benar tidak dapat mengangkat tangan kanannya ke mulutnya -untuk selama-lamanya." (Riwayat Muslim)
160. Kelima: Dari Abu Abdillah yaitu an-Nu'man bin Basyir radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Hendaklah engkau semua benar-benar meratakan barisan-barisanmu -dalam shalat, atau kalau tidak suka meratakan barisan, pastilah Allah akan membalikkan antara wajah-wajahmu semua -maksudnya ialah bahwa Allah akan memasukkan rasa permusuhan, saling benci-membenci dan perselisihan pendapat dalam hatimu semua." (Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan: "Rasulullah s.a.w. itu meratakan barisan-barisan kita sehingga seolah-olah beliau itu meratakan letaknya anak panah, sampai-sampai beliau meyakinkan bahwa kita semua telah mengerti betul-betul akan meratakan barisan itu. Selanjutnya pada suatu hari beliau keluar -untuk bershalat- kemudian berdiri sehingga hampir-hampir beliau akan bertakbir. Tiba-tiba beliau melihat ada seorang yang menonjol dadanya -agak ke muka sedikit dari barisannya- lalu beliau bersabda: "Hai hamba-hamba Allah, hendaklah engkau semua benar-benar meratakan barisanmu, atau kalau tidak suka meratakan barisan, pastilah Allah akan membalikkan antara wajah-wajahmu semua."
Keterangan:Dalam hadits di atas terdapat anjuran yang sangat keras agar di waktu shalat, barisan itu benar-benar dilempangkan, diratakan dan diluruskan sekencang-kencangnya. Selain itu terdapat keterangan pula perihal dibolehkannya berkata-kata dalam waktu antara selesainya iqamah dengan akan dilakukannya shalat, tetapi kata-kata itu hendaknya yang bermanfaat dan berguna.
161. Keenam: Dari Abu Musa r.a. katanya: "Ada sebuah rumah di Madinah yang terbakar mengenai penghuni-penghuninya di waktu malam. Setelah hal mereka itu diberitahukan kepada Rasulullah s.a.w., lalu beliau s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya api itu adalah musuhmu semua. Maka dari itu, jikalau engkau semua tidur, padamkan sajalah api itu dari padamu." (Muttafaq 'alaih)
162. Ketujuh: Dari Abu Musa r.a. juga, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya perumpamaan dari petunjuk dan ilmu yang dengannya saya diutus oleh Allah itu adalah seperti hujan yang mengenai bumi. Di antara bumi itu ada bagian yang baik, yaitu dapat menerima air, kemudian dapat pula menumbuhkan rumput dan lalang yang banyak sekali, tetapi diantara bumi itu ada pula yang gersang, menahan masuknya air dan selanjutnya dengan air yang tertahan itu Allah lalu memberikan kemanfaatan kepada para manusia, karena mereka dapat minum daripadanya, dapat menyiram dan menanam. Ada pula hujan itu mengenai bagian bumi yang lain, yang ini hanyalah merupakan tanah rata lagi licin. Bagian bumi ini tentulah tidak dapat menahan air dan tidak pula dapat menumbuhkan rumput. Jadi yang sedemikian itu adalah contohnya orang yang pandai dalam agama Allah dan petunjuk serta ilmu yang dengannya itu saya diutus, dapat pula memberikan kemanfaatan kepada orang tadi. Maka orang itupun mengetahuinya -mempelajarinya, kemudian mengajarkannya- yang ini diumpamakan bumi yang dapat menerima air atau dapat menahan air, dan itu pulalah contohnya orang yang tidak suka mengangkat kepala untuk menerima petunjuk dan ilmu tersebut. Jadi ia enggan menerima petunjuk Allah yang dengannya itu saya dirasulkan -ini contohnya bumi yang rata dan licin." (Muttafaq 'alaih) Faquha, dengan dhammahnya qaf adalah menurut yang masyhur digunakan. Ada pula yang mengatakan dengan dikasrahkan berbunyi Faqiha, artinya menjadi pandai atau ahli fiqih.
163. Dari Jabir r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Perumpamaanku dan perumpamaan engkau semua itu adalah seperti seorang lelaki yang menyalakan api, kemudian banyaklah belalang dan kupu-kupu yang jatuh dalam api tadi, sedang orang itu mencegah binatang-binatang itu jangan sampai terjun di situ. Saya ini -yakni Rasulullah s.a.w.- adalah seorang yang mengambil -memegang- pengikat celana serta sarungmu semua agar tidak sampai engkau semua terjun dalam neraka, tetapi engkau semua masih juga hendak lari dari peganganku." (Riwayat Muslim) Al-janadib ialah seperti belalang dan kupu-kupu (dari golongan binatang kecil yang terbang), sedang Al-hujaz adalah jamaknya Hujzah, artinya tempat mengikatkan sarung atau celana.
164. Kesembilan: Dari Jabir r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. menyuruh menjilat tangan-tangan dan piring; beliau juga bersabda: "Sesungguhnya engkau semua tidak tahu di tempat manakah yang ada berkahnya." (Riwayat Muslim) Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan lagi: Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jikalau suapan seorang dari engkau semua itu jatuh, maka baiklah diambil kembali, kemudian hendaklah disingkirkan kotoran yang melekat di situ, selanjutnya hendaklah memakannya dan janganlah itu dibiarkan -ditinggalkan- untuk dimakan oleh syaitan. Jangan pula seorang itu mengusap tangannya dengan saputangan -sehabis makan itu- sehingga jari-jarinya dijilat-jilatnya dulu, sebab seorang itu tentulah tidak mengetahui di dalam makanan yang mana letaknya keberkahan." Dalam riwayat Imam Muslim pula: Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya syaitan itu mendatangi seorang diantara engkau semua di waktu ia melakukan segala sesuatu dari pekerjaannya, sampai-sampai syaitan itupun mendatangi orang itu di waktu ia makan. Maka dari itu jikalau suapan itu jatuh dari seorang diantara engkau semua, maka hendaklah menyingkirkan kotoran-kotoran yang melekat di situ, kemudian makanlah dan jangan dibiarkan untuk dimakan oleh syaitan."
165. Kesepuluh: Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. berdiri di hadapan kita semua untuk memberikan nasihat. Beliau bersabda: "Hai sekalian manusia, sesungguhnya engkau semua itu akan dikumpulkan kepada Allah Ta'ala dalam keadaan telanjang kaki, telanjang badan dan kuncup -tidak dikhitan, sebagaimana firman Allah Ta'ala yang artinya: "Sebagaimana Kami memulai membuat makhluk untuk pertama kalinya, maka itulah yang Kami ulangkan kembali. Sedemikian adalah janji atas Kami sendiri, sesungguhnya Kami akan melaksanakan yang sedemikian itu." (al-Anbiya': 104) "Ingatlah, bahwasanya pertama-tama makhluk yang diberi pakaian pada hari kiamat ialah Ibrahim a.s. Ingatlah, bahwasanya Ibrahim itu akan didatangkan dengan disertai beberapa orang dari umatku, kemudian orang-orang itu diseret ke sebelah kiri -maksudnya ke arah neraka. Saya berkata: "Ya Tuhanku, mereka adalah sahabat-sahabatku." Lalu kepadaku dikatakan: "Sesungguhnya engkau tidak mengetahui apa yang mereka ada-adakan sepeninggalmu." Oleh sebab itu saya berkata sebagaimana yang diucapkan oleh seorang hamba yang shalih -yakni Nabiyullah Isa a.s.: "Dan saya dapat menyaksikan perbuatan mereka selagi aku ada di kalangan mereka -sewaktu masih sama-sama di dunia," hingga ucapannya "Maha Mulia Serta Bijaksana." Lengkapnya ucapan Nabiyullah Isa a.s. itu tersebut dalam sebuah ayat yang artinya: "Dan saya dapat menyaksikan perbuatan mereka selagi aku ada di kalangan mereka. Tetapi setelah Engkau menghilangkan diriku, maka Engkaulah yang mengamat-amati atas kelakuan-kelakuan mereka itu dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. Jikalau Engkau menyiksa mereka, maka mereka itupun hamba-hambaMu, tetapi jikalau Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkau adalah Maha Mulia lagi Bijaksana." (al-Maidah: 117-118) "Setelah itu lalu dikatakan kepadaku: "Sebenarnya mereka itu tidak henti-hentinya kembali pada kaki-kakinya -maksudnya menjadi murtad dari agama Allah- sejak engkau berpisah dengan mereka itu." (Muttafaq 'alaih)
166. Kesebelas: Dari Abu Said yaitu Abdullah bin Mughaffal r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. itu melarang berkhadzaf - yaitu melemparkan kerikil dengan jari telunjuk dan ibu jari yakni kerikil itu diletakkan di jari yang satu yakni ibu jari lalu dilemparkan dengan jari yang lain yakni jari telunjuk. Selanjutnya ia berkata: "Sesungguhnya berkhadzaf itu tidak dapat membunuh binatang buruan, tidak dapat pula membunuh musuh. Dan bahwasanya berkhadzaf itu dapat melepaskan mata -membutakannya- dan dapat juga merontokkan gigi." (Muttafaq 'alaih)  Dalam riwayat lain disebutkan: Bahwasanya ada seorang keluarga dekat dari Ibnu Mughaffal berkhadzaf, lalu olehnya orang tersebut dilarang dan berkata bahwasanya Rasulullah s.a.w. melarang berkhadzaf itu dan berkata: "Sesungguhnya berkhadzaf itu tidak dapat membunuh binatang buruan." Kemudian orang yang dilarangnya itu masih mengulangi lagi perbuatannya. Lalu Ibnu Mughaffal berkata: "Saya telah memberitahukan kepadamu bahwasanya Rasulullah s.a.w. melarang berkhadzaf itu, tetapi engkau masih juga mengulangi perbuatanmu. Mulai sekarang saya tidak akan berbicara lagi padamu selama-lamanya."
Keterangan:Hadis ini menjelaskan bolehnya tidak menyapa atau tidak berbicara dengan para ahli pelaku kebid'ahan, orang-orang fasik serta para penentang dan pelanggar sunnah Rasulullah s.a.w., sekalipun hal itu dilakukan untuk selama-lamanya. Tetapi keadaan sedemikian itu wajib diakhiri, manakala mereka yang tersebut di atas itu sudah mengubah sikapnya dan suka mentaati ajaran-ajaran agama sebagaimana yang semestinya dilakukan oleh seorang muslim dan mu'min.
167. Dari 'Abis bin Rabi'ah, katanya: "Saya melihat Umar bin Alkhaththab r.a. mencium batu hitam -hajar aswad- dan ia berkata: "Saya mengetahui bahwa engkau itu adalah batu, engkau tidak dapat memberikan kemanfaatan dan tidak pula dapat membahayakan. Andaikata saya tidak melihat Rasulullah s.a.w. sendiri menciummu, pastilah aku juga tidak suka menciummu." (Muttafaq 'alaih)

Sumber:

tidak semua hadist itu benar2 hadis ..ada sebagian orang yang mengubah atau memalsukan hadist
sebagai umat islam kita jangan terlalu fanatik ...tetapi kita juga jangan sampai
merehkan perkataan suci rasullullah...kita lihat dulu hadistnya jika hadistnya menyampaikan kebaikan maka itu harus kita tiru
jika mengajak ke dalam keburukan akhlak maka itu sudah jelas hadist palsu,karena rasullallah manusia yang paling good akhlaknya jadi tidak mungkin mengajarkan yang mungkar
dan bagi anda yang membaca jangan langsung dilakukan apa yang di dlam hadis hayati dulu makna hadist karena rasullullah memberikan kata2 yang sedikit tapy memiliki seribu makna kebaikan
gunakan belajar hadist untuk menyempurnakan akhlak kita..barakallah


Bab Kebenaran Riyadhus Shalihin Oleh : Imam Nawawi

Allah Ta'ala berfirman: "Hai sekalian orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah engkau semua bersama-sama dengan orang-orang yang benar." (at-Taubah: 119)

Allah Ta'ala berfirman pula: "Dan orang-orang yang benar, lelaki ataupun perempuan." (al-Ahzab: 35)

Juga Allah Ta'ala berfirman: "Dan andaikata mereka itu bersikap benar terhadap Allah, pastilah hal itu amat baik untuk mereka sendiri." (Muhammad: 21)

Adapun Hadits-hadits yang menerangkannya ialah:

54. Pertama: Dari Ibnu Mas'ud r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Sesungguhnya kebenaran -baik yang berupa ucapan atau perbuatan- itu menunjukkan kepada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan itu menunjukkan ke syurga dan sesungguhnya seorang itu niscaya melakukan kebenaran sehingga dicatatlah di sisi Allah sebagai seorang yang ahli melakukan kebenaran. Dan sesungguhnya berdusta itu menunjukkan kepada kecurangan dan sesungguhnya kecurangan itu menunjukkan kepada neraka dan sesungguhnya seorang itu niscaya berdusta sehingga dicatatlah di sisi Allah sebagai seorang yang ahli berdusta." (Muttafaq 'alaih). Sabda Nabi s.a.w. Yuriibuka, boleh dengan difathahkan ya' nya (dan boleh pula didhamahnya, artinya: "Tinggalkanlah olehmu apa saja yang engkau ragukan perihal boleh atau halalnya sesuatu dan beralihlah kepada yang tidak ada keragu-raguan perihal itu dalam hatimu."

55. Kedua: Dari Abu Muhammad, yaitu Alhasan bin Ali bin Abu Thalib radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya menghafal sabda dari Rasulullah s.a.w. yaitu: "Tinggalkan apa-apa yang menyangsikan hatimu -yakni jangan terus dilakukan- dan berpindahlah kepada apa-apa yang tidak menyangsikan hatimu [7] -yakni yang hatimu tenang jikalau melakukannya. Maka sesungguhnya bersikap benar itu adalah ketenangan dan berdusta itu menyebabkan timbulnya kesangsian." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits shahih.

56. Ketiga: Dari Abu Sufyan bin Shakhr bin Harb r.a. dalam Hadisnya yang panjang dalam menguraikan cerita Raja Hercules. Hercules berkata: "Maka apakah yang diperintah olehnya?" Yang dimaksud ialah oleh Nabi s.a.w. Abu Sufyan berkata: "Saya lalu menjawab: "Ia berkata: "Sembahlah akan Allah yang Maha Esa, jangan menyekutukan sesuatu denganNya dan tinggalkanlah apa-apa yang dikatakan oleh nenek-moyangmu semua." Ia juga menyuruh supaya kita semua melakukan shalat, bersikap benar, menahan diri dari keharaman serta mempererat kekeluargaan." (Muttafaq 'alaih)

57. Keempat: Dari Abu Tsabit, dalam suatu riwayat lain disebutkan Abu Said dan dalam riwayat lain pula disebutkan Abulwalid, yaitu Sahl bin Hanif r.a., dan dia pernah menyaksikan peperangan Badar, bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang memohonkan kepada Allah Ta'ala supaya dimatikan syahid dan permohonannya itu dengan secara yang sebenar-benarnya, maka Allah akan menyampaikan orang itu ke tingkat orang-orang yang mati syahid, sekalipun ia mati di atas tempat tidurnya." (Riwayat Muslim)

58. Kelima: Dari Abu Hurairah r.a. berkata: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ada seorang Nabi dari golongan beberapa Nabi shalawatullahi wa salamuhu 'alaihim berperang, kemudian ia berkata kepada kaumnya: "Jangan mengikuti peperanganku ini seorang lelaki yang memiliki kemaluan wanita -yakni baru kawin- dan ia hendak masuk tidur dengan istrinya itu, tetapi masih belum lagi masuk tidur dengannya, jangan pula mengikuti peperangan ini seorang yang membangun rumah dan belum lagi mengangkat atapnya -maksudnya belum selesai sampai rampung sama sekali, jangan pula seorang yang membeli kambing atau unta yang sedang bunting tua yang ia menantikan kelahiran anak-anak ternaknya itu -yang dibelinya itu. Nabi itu lalu berperang, kemudian mendekati sesuatu desa pada waktu shalat Asar atau sudah dekat dengan itu, kemudian ia berkata kepada matahari: "Sesungguhnya engkau -hai matahari- adalah diperintahkan -yakni berjalan mengikuti perintah Tuhan- dan sayapun juga diperintahkan -yakni berperang inipun mengikuti perintah Tuhan. Ya Allah, tahanlah jalan matahari itu di atas kita." Kemudian matahari itu tertahan jalannya sehingga Allah memberikan kemenangan kepada Nabi tersebut. Beliau mengumpulkan banyak harta rampasan. Kemudian datanglah, yang dimaksud datang adalah api, untuk makan harta rampasan tadi, tetapi ia tidak suka memakannya. Nabi itu berkata: "Sesungguhnya di kalangan engkau semua itu ada yang menyembunyikan harta rampasan, maka dari itu hendaklah berbai'at padaku -dengan jalan berjabatan tangan- dari setiap kabilah seorang lelaki. Lalu ada seorang lelaki yang lekat tangannya itu dengan tangan Nabi tersebut. Nabi itu lalu berkata lagi: "Nah, sesungguhnya di kalangan kabilahmu itu ada yang menyembunyikan harta rampasan. Oleh sebab itu hendaklah seluruh orang dari kabilahmu itu memberikan pembai'atan padaku." Selanjutnya ada dua atau tiga orang yang tangannya itu lekat dengan tangan Nabi itu, lalu beliau berkata pula: "Di kalanganmu semua itu ada yang menyembunyikan harta rampasan." Mereka lalu mendatangkan sebuah kepala sebesar kepala lembu yang terbuat dari emas -dan inilah benda yang disembunyikan, lalu diletakkanlah benda tersebut, kemudian datanglah api terus memakannya -semua harta rampasan. Oleh sebab itu memang tidak halallah harta-harta rampasan itu untuk siapapun umat sebelum kita, kemudian Allah menghalalkannya untuk kita harta-harta rampasan tersebut, di kala Allah mengetahui betapa kedhaifan serta kelemahan kita semua. Oleh sebab itu lalu Allah menghalalkannya untuk kita." (Muttafaq 'alaih). Alkhalifaat, dengan fathahnya kha' mu'jamah dan kasrahnya lam adalah jamaknya khalifatun, artinya ialah unta yang bunting.

59. Keenam: Dari Abu Khalid yaitu Hakim bin Hizam r.a., ia masuk Islam di zaman pembebasan Makkah, sedang ayahnya adalah termasuk golongan pembesar-pembesar Quraisy, baik di masa Jahiliyah ataupun di masa Islam, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Dua orang yang berjual-beli itu dengan kebebasan -yakni boleh mengurungkan jual-belinya atau jadi meneruskannya- selama keduanya itu belum berpisah. Apabila keduanya itu bersikap benar dan menerangkan -cacat-cacatnya, maka diberi berkahlah jual-beli keduanya, tetapi jikalau keduanya itu menyembunyikan -cacat-cacatnya- dan sama-sama berdusta, maka dileburlah keberkahan jual-beli keduanya itu." (Muttafaq 'alaih)

Keterangan:
Kata Shidqun yang berarti benar itu, maksudnya tidak hanya benar dalam pembicaraannya saja, tetapi juga benar dalam amal perbuatannya. Jadi benar dalam kedua hal itulah yang menurut sabda Nabi s.a.w. dapat menunjukkan ke jalan kebajikan dan kebajikan ini yang menunjukkan ke jalan menuju syurga. Secara ringkasnya, seorang itu baru dapat dikatakan benar, manakala ucapannya sesuai dengan amal perbuatan yang dilakukan, atau dengan kata lain ialah manakala amal perbuatannya itu masih bertentangan dengan ucapannya, tetaplah ia dianggap sebagai manusia yang berdusta atau kadzib. Misalnya seorang yang mengaku beragama Islam, tetapi shalat tidak dilakukan, puasa tidak dikerjakan, bahkan mengucapkan dua kalimat syahadat saja tidak dapat, maka dapatkah orang semacam itu dikatakan benar ucapannya? Tentu tidak dapat. Ia tetap berdusta yang oleh Rasulullah s.a.w. disabdakan bahwa kedustaan itu menunjukkan ke jalan kecurangan dan kecurangan itu menunjukkan ke jalan menuju neraka.


Catatan Kaki:

[7] Jadi bila kila meragu-ragukan sesuatu, sebaiknya kita tinggalkan saja dan beralih pada yang tidak meragu-ragukan, misalnya sesuatu yang belum terang hukumnya yakni samar-samar atau syubhat, maka sebaiknya kita tinggalkan saja.

Sumber:
o        Terjemah Riyadhush Shalihin - Jilid 1 - Pustaka Amani, Jakarta
o        Terjemah Riyadhush Shalihin - Jilid 2 - Pustaka Amani, Jakarta

.:: HaditsWeb ::.
.:: Belanja Online di TrendMuslim.com, Semoga Manfaat dan Barokah ::.

tidak semua hadist itu benar2 hadis ..ada sebagian orang yang mengubah atau memalsukan hadist
sebagai umat islam kita jangan terlalu fanatik ...tetapi kita juga jangan sampai
merehkan perkataan suci rasullullah...kita lihat dulu hadistnya jika hadistnya menyampaikan kebaikan maka itu harus kita tiru
jika mengajak ke dalam keburukan akhlak maka itu sudah jelas hadist palsu,karena rasullallah manusia yang paling good akhlaknya jadi tidak mungkin mengajarkan yang mungkar
dan bagi anda yang membaca jangan langsung dilakukan apa yang di dlam hadis hayati dulu makna hadist karena rasullullah memberikan kata2 yang sedikit tapy memiliki seribu makna kebaikan
gunakan belajar hadist untuk menyempurnakan akhlak kita..barakallah



Bab Sabar Riyadhus Shalihin Oleh : Imam Nawawi

Allah Ta'ala berfirman: "Hai sekalian orang yang beriman, bersabarlah dan cukupkanlah kesabaran itu." (ali-Imran: 200)

Allah Ta'ala berfirman pula: "Sesungguhnya Kami akan memberikan cobaan sedikit kepadamu semua seperti ketakutan, ketaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, kemudian sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar." (al-Baqarah: 155)

Lagi Allah Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang bersabar itu akan dipenuhi pahala mereka dengan tiada hitungannya -karena amat banyaknya." (az-Zumar: 10)

Juga Allah Ta'ala berfirman: "Orang yang bersabar dan suka memaafkan, sesungguhnya hal yang demikian itu sesungguhnya termasuk pekerjaan yang dilakukan dengan hati yang teguh." (as-Syura: 43)

Allah Ta'ala berfirman pula: "Mintalah pertolongan dengan sabar dan mengerjakan shalat sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar." (al-Baqarah: 153)

Lagi Allah Ta'ala berfirman: "Dan sesungguhnya Kami hendak menguji kepadamu semua, sehingga Kami dapat mengetahui siapa diantara engkau semua itu yang benar-benar berjihad dan siapa pula orang-orang yang bersabar." (Muhammad: 31)

Ayat-ayat yang mengandung perintah untuk bersabar dan yang menerangkan keutamaan sabar itu amat banyak sekali dan dapat dimaklumi.

25. Dari Abu Malik al-Harits bin Ashim al-Asy'ari r.a. berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda: "Bersuci adalah separuh keimanan dan Alhamdulillah itu memenuhi timbangan, Subhanallah dan Alhamdulillah itu dapat memenuhi atau mengisi penuh apa-apa yang ada diantara langit-langit dan bumi. Shalat adalah cahaya, sedekah adalah sebagai tanda -keimanan bagi yang memberikannya- sabar adalah merupakan cahaya pula, al-Quran adalah merupakan hujjah untuk kebahagiaanmu -jikalau mengikuti perintah-perintahnya dan menjauhi larangan-larangannya- dan dapat pula sebagai hujjah atas kemalanganmu -jikalau tidak mengikuti perintah-perintahnya dan suka melanggar larangan-larangannya. Setiap orang itu berpagi-pagi, maka ada yang menjual dirinya -kepada Allah- berarti ia memerdekakan dirinya sendiri -dari siksa Allah Ta'ala itu- dan ada yang merusakkan dirinya sendiri pula -karena tidak menginginkan keridhaan Allah Ta'ala." (Riwayat Muslim)

Keterangan:
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam hadits ini ialah:
  1. Bersuci yakni menyucikan diri dari hadas dan kotoran.
  2. Memenuhi neraca karena sangat besar pahalanya, hingga neraca akhirat penuh dengan ucapan itu saja.
  3. Artinya andaikata pahalanya itu dibentuk menjadi jisim yang tampak, pasti dapat memenuhi langit dan bumi.
  4. Shalat adalah cahaya yakni cahaya yang menerangi kita ke jalan yang diridhai Allah. Sebab orang yang tidak suka bershalat pasti hati nuraninya tertutup daripada kebenaran yang sesungguh-sungguhnya.
  5. Sedekah yang sunnah atau wajib (zakat) itu merupakan kenyataan yang menunjukkan bahwa orang itu benar-benar telah melakukan perintah Allah.
  6. Al-Quran itu hujjah (keterangan) bagimu yakni membela dirimu kalau engkau suka melakukan isinya. Atau juga keterangan atasmu yakni mencelakakan dirimu yaitu kalau engkau menyalahi apa-apa yang menjadi perintah Allah.
  7. Kita di dunia ini ibarat orang yang sedang dalam berpergian ke lain tempat yang hanya terbatas sekali waktunya. Di tempat itu kita menjual diri yakni memperjuangkan nasib untuk hari depan seterusnya yang kekal yaitu di akhirat. Tetapi di dalam memperjuangkan itu, ada diantara kita yang memerdekakan diri sendiri yakni melakukan semua amal baik dan perintah-perintah Allah, sehingga diri kita merdeka nanti di syurga. Tetapi ada pula yang merusak dirinya sendiri karena melakukan larangan-larangan Allah hingga rusaklah akhirnya nanti di dalam neraka, amat pedih siksa yang ditemuinya.
26. Dari Abu Said yaitu Sa'ad bin Malik bin Sinan al-Khudri radhiallahu 'anhuma bahwasanya ada beberapa orang dari kaum Anshar meminta -sedekah- kepada Rasulullah s.a.w., lalu beliau memberikan sesuatu pada mereka itu, kemudian mereka meminta lagi dan beliau pun memberinya pula sehingga habislah harta yang ada di sisinya, kemudian setelah habis membelanjakan segala sesuatu dengan tangannya itu beliau bersabda: "Apa saja kebaikan -yakni harta- yang ada di sisiku, maka tidak sekali-kali akan kusimpan sehingga tidak kuberikan padamu semua, tetapi karena sudah habis, maka tidak ada yang dapat diberikan. Barangsiapa yang menjaga diri -dari meminta-minta pada orang lain-, maka akan diberi rezeki kepuasan oleh Allah dan barangsiapa yang merasa dirinya cukup maka akan diberi kekayaan oleh Allah -kaya hati dan jiwa- dan barangsiapa yang berlaku sabar maka akan dikarunia kesabaran oleh Allah. Tiada seorangpun yang dikaruniai suatu pemberian yang lebih baik serta lebih luas -kegunaannya- daripada karunia kesabaran itu." (Muttafaq 'alaih)

27. Dari Abu Yahya, yaitu Shuhaib bin Sinan r.a., katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda: "Amat mengherankan sekali keadaan orang mu'min itu, sesungguhnya semua keadaannya itu adalah merupakan kebaikan baginya dan kebaikan yang sedemikian itu tidak akan ada lagi seorangpun melainkan hanya untuk orang mu'min itu belaka, yaitu apabila ia mendapatkan kelapangan hidup, iapun bersyukur, maka hal itu adalah kebaikan baginya, sedang apabila ia ditimpa oleh kesukaran -yakni yang merupakan bencana- iapun bersabar dan hal inipun adalah merupakan kebaikan baginya." (Riwayat Muslim)

28. Dari Anas r.a. katanya: "Ketika Nabi s.a.w. sudah berat sakitnya, maka beliaupun diliputi oleh kedukaan -karena menghadapi sakaratul maut-, kemudian Fathimah radhiallahu 'anha berkata: ''Aduhai kesukaran yang dihadapi ayahanda." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Ayahmu tidak akan memperoleh kesukaran lagi sesudah hari ini." Selanjutnya setelah beliau s.a.w. wafat, Fathimah berkata: "Aduhai ayahanda, beliau telah memenuhi panggilan Tuhannya. Aduhai ayahanda, syurga Firdaus adalah tempat kediamannya. Aduhai ayahanda, kepada Jibril kita sampaikan berita wafatnya." Kemudian setelah beliau dikebumikan, Fathimah radhiallahuanha berkata pula: "Hai Anas, mengapa hatimu semua merasa tenang dengan menyebarkan tanah di atas makam Rasulullah s.a.w itu?" Maksudnya: Melihat betapa besar kecintaan para sahabat kepada beliau s.a.w. itu tentunya akan merasa tidak sampai hati mereka untuk menutupi makam Rasulullah s.a.w. dengan tanah. Mendengar ucapan Fathimah radhiallahu 'anha ini, Anas r.a. diam belaka dan tentunya dalam hati ia berkata: "Hati memang tidak sampai berbuat demikian, tetapi sudah demikian itulah yang diperintahkan oleh beliau s.a.w. sendiri." (Riwayat Bukhari)

29. Dari Abu Zaid, yaitu Usamah bin Zaid bin Haritsah, -hamba- sahaya Rasulullah s.a.w. serta kekasihnya serta putera kekasihnya pula radhiallahu 'anhuma, katanya: "Puteri Nabi s.a.w. mengirimkan berita kepada Nabi s.a.w. -bahwa anakku sudah hampir meninggal dunia, maka dari itu diminta supaya menyaksikan keadaan kita." (Kita: yakni yang akan meninggal serta yang sedang menungguinya) Beliau lalu mengirimkan kabar sambil menyampaikan salam, katanya: "Sesungguhnya bagi Allah adalah apa yang Dia ambil dan bagiNya pula apa yang Dia berikan dan segala sesuatu di sampingnya itu adalah dengan ajal yang telah ditentukan, maka hendaklah bersabar dan berniat mencari keridhaan Allah." Puteri Nabi s.a.w. mengirimkan berita lagi serta bersumpah nadanya supaya beliau suka mendatanginya dengan sungguh-sungguh. Beliau s.a.w. lalu berdiri dan disertai oleh Sa'ad bin Ubadah, Mu'az bin Jabal, Ubai bin Ka'ab dan Zaid bin Tsabit dan beberapa orang lelaki lain radhiallahu 'anhum. Anak kecil itu lalu disampaikan kepada Rasulullah s.a.w., kemudian diletakkannya di atas pangkuannya sedang nafas anak itu terengah-engah. Kemudian melelehlah airmata dari kedua mata beliau s.a.w. itu. Sa'ad berkata: "Hai Rasulullah, apakah itu?" Beliau s.a.w. menjawab: "Airmata ini adalah sebagai kesan dari kerahmatan Allah Ta'ala dalam hati para hambaNya." Dalam riwayat lain disebutkan: "Dalam hati siapa saja yang disukai olehNya daripada hambaNya. Hanya saja Allah itu merahmati dari golongan hamba-hambaNya yakni orang-orang yang menaruh belas kasihan -pada sesamanya." (Muttafaq 'alaih).

Keterangan:
Makna Taqa'qa'u ialah bergerak dan bergoncang keras (berdebar-debar).

30. Dari Shuhaib r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Dahulu ada seorang raja dari golongan umat yang sebelum engkau semua, ia mempunyai seorang ahli sihir. Setelah penyihir itu tua, ia berkata kepada raja: "Sesungguhnya saya ini telah tua, maka itu kirimkanlah padaku seorang anak yang akan saya beri pelajaran ilmu sihir." Kemudian raja itu mengirimkan padanya seorang anak untuk diajarinya. Anak ini di tengah perjalanannya bertemu seorang rahib -pendeta Nasrani yang- berjalan di situ, iapun duduklah padanya dan mendengarkan ucapan-ucapannya. Apabila ia telah datang di tempat penyihir -yakni dari pelajarannya, iapun melalui tempat rahib tadi dan terus duduk di situ- untuk mendengarkan ajaran-ajaran Tuhan yang disampaikan olehnya. Selanjutnya apabila datang di tempat penyihir, iapun dipukul olehnya -karena kelambatan datangnya. Hal yang sedemikian itu diadukan oleh anak itu kepada rahib, lalu rahib berkata: "Jikalau engkau takut pada penyihir itu, katakanlah bahwa engkau ditahan oleh keluargamu dan jikalau engkau takut pada keluargamu, maka katakanlah bahwa engkau ditahan oleh penyihir." Pada suatu ketika di waktu ia dalam keadaan yang sedemikian itu, lalu tibalah ia di suatu tempat dan di situ ada seekor binatang yang besar dan menghalang-halangi orang banyak -untuk berlalu di jalanan itu. Anak itu lalu berkata: "Pada hari ini saya akan mengetahui, apakah penyihir itu yang lebih baik ataukah pendeta itu yang lebih baik?" Iapun lalu mengambil sebuah batu kemudian berkata: "Ya Allah, apabila perkara pendeta itu lebih dicintai di sisiMu daripada perkara penyihir, maka bunuhlah binatang ini sehingga orang-orang banyak dapat berlalu." Selanjutnya binatang itu dilemparnya dengan batu tadi, kemudian dibunuhnya dan orang-orang pun berlalulah. Ia lalu mendatangi rahib dan memberitahukan hal tersebut. Rahib itupun berkata: "Hai anakku, engkau sekarang adalah lebih mulia daripadaku sendiri. Keadaanmu sudah sampai di suatu tingkat yang saya sendiri dapat memakluminya. Sesungguhnya engkau akan terkena cobaan, maka jikalau engkau terkena cobaan itu, janganlah menunjuk kepadaku." Anak itu lalu dapat menyembuhkan orang buta dan berpenyakit lepra serta dapat mengobati orang banyak dari segala macam penyakit. Hal itu didengar oleh kawan seduduk -yakni sahabat karib- raja yang telah menjadi buta. Ia datang pada anak itu dengan membawa beberapa hadiah yang banyak jumlahnya, kemudian berkata: "Apa saja yang ada di sisimu ini adalah menjadi milikmu, apabila engkau dapat menyembuhkan aku." Anak itu berkata: "Sesungguhnya saya tidak dapat menyembuhkan siapapun, sesungguhnya Allah Ta'ala yang dapat menyembuhkannya. Maka jikalau Tuan suka beriman kepada Allah Ta'ala, saya akan berdoa kepada Allah, semoga Dia suka menyembuhkan Tuan. Kawan raja itu lalu beriman kepada Allah Ta'ala, kemudian Allah menyembuhkannya. Ia lalu mendatangi raja terus duduk di dekatnya sebagaimana duduknya yang sudah-sudah. Raja kemudian bertanya: "Siapakah yang mengembalikan penglihatanmu itu?" Maksudnya: Siapakah yang menyembuhkan butamu itu? Kawannya itu menjawab: "Tuhanku." Raja bertanya: "Adakah engkau mempunyai Tuhan lain lagi selain dari diriku?" Ia menjawab: "Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah." Kawannya itu lalu ditindak -dihukum- oleh raja tadi dan terus-menerus diberikan siksaan padanya, sehingga kawannya itu menunjuk kepada anak yang menyebabkan kesembuhannya. Anak itupun didatangkan. Raja berkata padanya: "Hai anakku, kiranya sihirmu sudah sampai ke tingkat dapat menyembuhkan orang buta dan yang berpenyakit lepra dan engkau dapat melakukan ini dan dapat pula melakukan itu." Anak itu berkata: "Sesungguhnya saya tidak dapat menyembuhkan seorangpun, sesungguhnya Allah Ta'ala jualah yang menyembuhkannya." Anak itupun ditindaknya, dan terus-menerus diberikan siksaan padanya, sehingga ia menunjuk kepada pendeta. Pendetapun didatangkan, kemudian kepadanya dikatakan: "Kembalilah dari agamamu!" Maksudnya supaya meninggalkan agama Nasrani dan beralih menyembah raja dan patung-patung. Pendeta itu enggan mengikuti perintahnya. Raja meminta supaya diberi gergaji, kemudian diletakkanlah gergaji itu di tengah kepalanya. Kepala itu dibelahnya sehingga jatuhlah kedua belahan kepala tersebut. Selanjutnya didatangkan pula kawan seduduk raja dahulu itu, lalu kepadanya dikatakan: "Kembalilah dari agamamu itu!" Iapun enggan menuruti perintahnya. Kemudian diletakkan pulalah gergaji itu di tengah kepalanya lalu dibelahnya, sehingga jatuhlah kedua belahannya itu. Seterusnya didatangkan pulalah anak itu. Kepadanya dikatakan: "Kembalilah dari agamamu." Iapun menolak ajakannya. Kemudian anak itu diberikan kepada sekelompok sahabatnya lalu berkata: "Pergilah membawa anak ini ke gunung ini atau itu, naiklah dengannya ke gunung itu. Jikalau engkau semua telah sampai di puncaknya, maka apabila anak ini kembali dari agamanya, bolehlah engkau lepaskan, tetapi jika tidak, maka lemparkanlah ia dari atas gunung itu." Sahabat-sahabatnya itu pergi membawanya, kemudian menaiki gunung, lalu anak itu berkata: "Ya Allah, lepaskanlah hamba dari orang-orang ini dengan kehendakMu." Kemudian gunung itupun bergerak keras dan orang-orang itu jatuhlah semuanya. Anak itu lalu berjalan menuju ke tempat raja. Raja berkata: "Apa yang dilakukan oleh kawan-kawanmu?" Ia menjawab: "Allah Ta'ala telah melepaskan aku dari tindakan mereka. Anak tersebut terus diberikan kepada sekelompok sahabat-sahabatnya yang lain lagi dan berkata: "Pergilah dengan membawa anak ini dalam sebuah tongkang (kapal/perahu) dan berlayarlah sampai di tengah lautan. Jikalau ia kembali dari agamanya -maka lepaskanlah ia, tetapi jika tidak, maka lemparkanlah ke lautan itu." Orang-orang bersama-sama pergi membawanya, lalu anak itu berkata: "Ya Allah, lepaskanlah hamba dari orang-orang ini dengan kehendakMu." Tiba-tiba tongkang itu terbalik, maka tenggelamlah semuanya. Anak itu sekali lagi berjalan ke tempat raja. Rajapun berkatalah: "Apakah yang dikerjakan oleh kawan-kawanmu?" Ia menjawab: "Allah Ta'ala telah melepaskan aku dari tindakan mereka." Selanjutnya ia berkata pula pada raja: "Tuan tidak dapat membunuh saya, sehingga Tuan suka melakukan apa yang kuperintahkan." Raja bertanya: "Apakah itu?" Ia menjawab: "Tuan kumpulkan semua orang di lapangan menjadi satu dan Tuan salibkan saya di batang pohon, kemudian ambillah sebatang anak panah dari tempat panahku ini, lalu letakkanlah anak panah itu pada busurnya, lalu ucapkanlah: "Dengan nama Allah, Tuhan anak ini," terus lemparkanlah anak panah itu. Sesungguhnya apabila Tuan mengerjakan semua itu, tentu Tuan dapat membunuhku." Raja mengumpulkan semua orang di suatu padang luas. Anak itu disalibkan pada sebatang pohon, kemudian mengambil sebuah anak panah dari tempat panahnya, lalu meletakkan anak panah di busur, terus mengucapkan: "Dengan nama Allah, Tuhan anak ini." Anak panah dilemparkan dan jatuhlah anak panah itu pada pelipis anak tersebut. Anak itu meletakkan tangannya di pelipisnya, kemudian meninggal dunia. Orang-orang yang berkumpul itu sama berkata: "Kita semua beriman kepada Tuhannya anak ini." Raja didatangi dan kepadanya dikatakan: "Adakah Tuan mengetahui apa yang selama ini Tuan takutkan? Benar-benar, demi Allah, apa yang Tuan takutkan itu telah tiba -yakni tentang keimanan seluruh rakyatnya. Orang-orang semuanya telah beriman." Raja memerintahkan supaya orang-orang itu digiring di celah-celah bumi -yang bertebing dua kanan-kiri- yaitu di pintu lorong jalan. Celah-celah itu dibelahkan dan dinyalakan api di situ, Ia berkata: "Barangsiapa yang tidak kembali dari agamanya, maka lemparkanlah ke dalam celah-celah itu," atau dikatakan: "Supaya melemparkan dirinya sendiri ke dalamnya." Orang banyak melakukan yang sedemikian itu -sebab tidak ingin kembali menjadi kafir dan musyrik lagi, sehingga ada seorang wanita yang datang dengan membawa bayinya. Wanita ini agaknya ketakutan hendak menceburkan diri ke dalamnya. Bayinya itu lalu berkata: "Hai ibunda, bersabarlah, karena sesungguhnya ibu adalah menetapi atas kebenaran." (Riwayat Muslim).

Keterangan:
Dzirwatul jabal artinya puncaknya gunung. Ini boleh dibaca dengan kasrahnya dzal mu'jamah atau dhammahnya. Alqurquur dengan didhammahkannya kedua qafnya, adalah suatu macam dari golongan perahu. Ashsha'id di sini artinya bumi yang menonjol (bukit). Alukhduud ialah beberapa belahan di bumi seperti sungai kecil. Adhrama artinya menyalakan. Inkafa-at artinya berubah. Taqaa-'asat, artinya terhenti atau tidak berani maju dan pula merasa ketakutan.

31. Dari Anas r.a., katanya: "Nabi s.a.w. berjalan melalui seorang wanita yang sedang menangis di atas sebuah kubur. Beliau bersabda: "Bertaqwalah kepada Allah dan bersabarlah!" Wanita itu berkata: "Ah, menjauhlah daripadaku, karena Tuan tidak terkena musibah sebagaimana yang mengenai diriku dan Tuan tidak mengetahui musibah apa itu." Wanita tersebut diberitahu -oleh sahabat beliau s.a.w.- bahwa yang diajak bicara tadi adalah Nabi s.a.w. Ia lalu mendatangi pintu rumah Nabi s.a.w. tetapi di mukanya itu tidak didapatinya penjaga-penjaga pintu. Wanita itu lalu berkata: "Saya -tadi- memang tidak mengenal -bahwa yang berbicara adalah- Tuan -maka itu maafkan pembicaraanku tadi.-" Kemudian beliau s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya bersabar -yang sangat terpuji- itu ialah dikala mendadaknya kedatangan musibah yang pertama." (Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat Muslim disebutkan: "Wanita itu menangisi anak kecilnya -yang mati."

Keterangan:
Maksud "Mendadaknya kedatangan musibah yang pertama," bukan berarti ketika mendapatkan musibah yang pertama kali dialami sejak hidupnya, tetapi di saat baru terkena musibah itu ia bersabar, baik musibah itu yang pertama kalinya atau keduanya, ketiganya dan selanjutnya. Jadi kalau sesudah sehari atau dua hari baru ia mengatakan: "Aku sekarang sudah berhati sabar tertimpa musibah yang kemarin itu," maka ini bukannya sabar pada pertama kali, sebab sudah terlambat.

32. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Allah Ta'ala berfirman: "Tidak ada balasan bagi seorang hambaKu yang mu'min di sisiKu, di waktu Aku mengambil -mematikan- kekasihnya dari ahli dunia, kemudian ia mengharapkan keridhaan Allah, melainkan orang itu akan mendapatkan syurga." (Riwayat Bukhari)

33. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, bahwasanya ia bertanya kepada Rasulullah s.a.w. perihal penyakit taun, lalu beliau memberitahukannya bahwa sesungguhnya taun itu adalah sebagai siksaan yang dikirimkan oleh Allah Ta'ala kepada siapa saja yang dikehendaki olehNya, tetapi juga sebagai kerahmatan yang dijadikan oleh Allah Ta'ala kepada kaum mu'minin. Maka tidak seorang hambapun yang tertimpa oleh taun, kemudian menetap di negerinya sambil bersabar dan mengharapkan keridhaan Allah serta mengetahui pula bahwa taun itu tidak akan mengenainya kecuali karena telah ditetapkan oleh Allah untuknya, kecuali ia akan memperoleh seperti pahala orang yang mati syahid." (Riwayat Bukhari)

34. Dari Anas r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya Allah 'Azzawajalla berfirman: "Jikalau Aku memberi cobaan kepada hambaKu dengan melenyapkan kedua matanya -yakni menjadi buta, kemudian ia bersabar, maka untuknya akan Kuberi ganti syurga karena kehilangan keduanya yakni kedua matanya itu." (Riwayat Bukhari)

35. Dari 'Atha' bin Abu Rabah, katanya: "Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma mengatakan padaku: "Apakah engkau suka saya tunjukkan seorang wanita yang tergolong ahli syurga?" Saya berkata: "Baiklah." Ia berkata lagi: "Wanita hitam itu pernah datang kepada Nabi s.a.w. lalu berkata: "Sesungguhnya saya ini terserang oleh penyakit ayan dan oleh sebab itu lalu saya membuka aurat tubuhku. Oleh karenanya haraplah Tuan mendoakan untuk saya kepada Allah -agar saya sembuh." Beliau s.a.w. bersabda: "Jikalau engkau suka hendaklah bersabar saja dan untukmu adalah syurga, tetapi jikalau engkau suka maka saya akan mendoakan untukmu kepada Allah Ta'ala agar penyakitmu itu disembuhkan olehNya." Wanita itu lalu berkata: "Saya bersabar," lalu katanya pula: "Sesungguhnya karena penyakit itu, saya membuka aurat tubuh saya. Kalau begitu sudilah Tuan mendoakan saja untuk saya kepada Allah agar saya tidak sampai membuka aurat tubuh itu." Nabi s.a.w. lalu mendoakan untuknya -sebagaimana yang dikehendakinya itu." (Muttafaq 'alaih)

36. Dari Abu Abdur Rahman, yaitu Abdullah bin Mas'ud r.a. katanya: "Seakan-akan saya melihat kepada Rasulullah s.a.w. sedang menceritakan tentang seorang Nabi dari sekian banyak Nabi-nabi shalawatullah wa salamuhu 'alaihim. Beliau dipukuli oleh kaumnya, sehingga menyebabkan keluar darahnya dan Nabi tersebut mengusap darah dari wajahnya sambil mengucapkan: "Ya Allah ampunilah kaumku itu, sebab mereka itu memang tidak mengerti." (Muttafaq 'alaih)

37. Dari Abu Said dan Abu Hurairah radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Tidak suatupun yang mengenai seorang muslim -sebagai musibah- baik dari kelelahan, tidak pula sesuatu yang mengenainya yang berupa kesakitan, juga kesedihan yang akan datang ataupun yang lampau, tidak pula yang berupa hal yang menyakiti -yakni sesuatu yang tidak mencocoki kehendak hatinya, ataupun kesedihan -segala macam dan segala waktunya, sampai pun sebuah duri yang masuk dalam anggota tubuhnya, melainkan Allah menutupi kesalahan-kesalahannya dengan sebab apa-apa yang mengenainya -yakni sesuai dengan musibah yang diperolehnya- itu." (Muttafaq 'alaih)

Keterangan:
Kesakitan apapun yang diderita oleh seorang mu'min, ataupun bencana dalam bentuk bagaimana yang ditemui olehnya itu dapat membersihkan dosa-dosanya dan berpahalalah ia dalam keadaan seperti itu, tetap bersabar dan tabah. Sebaliknya jikalau tidak sabar dan uring-uringan (berkeluh kesah) serta mengeluarkan kata-kata yang tidak sopan, maka bukan pahala yang didapatkan, tetapi makin menambah besarnya dosa. Oleh sebab itu jikalau kita tertimpa oleh kesakitan atau malapetaka, jangan sampai malahan melenyapkan pahala yang semestinya kita peroleh.

38. Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: Saya memasuki tempat Nabi s.a.w. dan beliau sedang dihinggapi penyakit panas. Saya lalu berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya Tuan dihinggapi penyakit panas yang amat sangat." Beliau kemudian bersabda: "Benar, sesungguhnya saya terkena panas sebagaimana panas dua orang dari engkau semua yang menjadi satu." Saya berkata lagi: "Kalau demikian Tuan tentulah mendapatkan dua kali pahala." Beliau bersabda: "Benar, demikianlah memang keadaannya, tiada seorang Muslimpun yang terkena oleh sesuatu kesakitan, baik itu berupa duri ataupun sesuatu yang lebih dari itu, melainkan Allah pasti menutupi kesalahan-kesalahannya dengan sebab musibah yang mengenainya tadi dan diturunkanlah dosa-dosanya sebagaimana sebuah pohon menurunkan -menggugurkan- daunnya -dan ini jikalau disertai kesabaran."

Keterangan:
Alwa'ku yaitu sangatnya panas (dalam tubuh sebab sakit), tetapi ada yang mengatakan panas (biasa).

39. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa oleh Allah dikehendaki akan memperoleh kebaikan, maka Allah akan memberikan musibah padanya, baik yang mengenai tubuhnya, hartanya ataupun apa-apa yang menjadi kekasihnya." (Riwayat Bukhari)

Keterangan:
Para ulama mencatat: Yushab, boleh dibaca fathah shadnya dan boleh pula dikasrahkan, (lalu dibaca yushib).

40. Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Janganlah seorang dari engkau semua itu mengharap-harapkan tibanya kematian dengan sebab adanya sesuatu bahaya yang mengenainya. Tetapi jikalau ia terpaksa harus berbuat demikian maka hendaklah mengatakan: "Ya Allah, tetapkanlah aku hidup selama kehidupanku itu masih merupakan kebaikan untukku dan matikanlah aku apabila kematian itu merupakan kebaikan untukku." (Muttafaq 'alaih)

41. Dari Abu Abdullah, yaitu Khabbab bin Aratti r.a., katanya: "Kita mengadu kepada Rasulullah s.a.w. dan beliau ketika itu meletakkan pakaian burdahnya di bawah kepalanya sebagai bantal dan berada di naungan Ka'bah, kita berkata: Mengapa Tuan tidak memohonkan pertolongan -kepada Allah- untuk kita, sehingga kita menang? Mengapa Tuan tidak berdoa sedemikian itu untuk kita?" Beliau lalu bersabda: "Pernah terjadi terhadap orang-orang sebelummu -yakni zaman Nabi-nabi yang lalu, yaitu ada seorang yang diambil- oleh musuhnya, karena ia beriman, kemudian digalikanlah tanah untuknya dan ia diletakkan di dalam tanah tadi, selanjutnya didatangkanlah sebuah gergaji dan ini diletakkan di atas kepalanya, seterusnya kepalanya itu dibelah menjadi dua. Selain itu iapun disisir dengan sisir yang terbuat dari besi yang dikenakan di bawah daging dan tulangnya, semua siksaan itu tidak memalingkan ia dari agamanya -yakni ia tetap beriman kepada Allah. Demi Allah sesungguhnya Allah sungguh akan menyempurnakan perkara ini -yakni Agama Islam, sehingga seorang yang berkendaraan yang berjalan dari Shan'a ke Hadhramaut tidak ada yang ditakuti melainkan Allah atau karena takut pada serigala atas kambingnya -sebab takut sedemikian ini lumrah saja. Tetapi engkau semua itu hendak bercepat-cepat -ingin kemenangan- saja." (Riwayat Bukhari) Dalam riwayat lain diterangkan: "Beliau saat itu sedang berbantal burdahnya, padahal kita telah memperoleh kesukaran yang amat sangat dari kaum musyrikin."

42. Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Ketika hari peperangan Hunain, Rasulullah s.a.w. melebihkan -mengutamakan- beberapa orang dalam pemberian pembagian -ghanimah/harta rampasan-, lalu memberikan kepada al-Aqra' bin Habis seratus ekor unta dan memberikan kepada 'Uyainah bin Hishn seperti itu pula -seratus ekor unta-, juga memberikan kepada orang-orang yang termasuk bangsawan Arab dan mengutamakan dalam cara pembagian kepada mereka tadi. Kemudian ada seorang lelaki berkata: "Demi Allah, pembagian secara ini, sama sekali tidak ada keadilannya dan agaknya tidak dikehendaki untuk mencari keridhaan Allah." Saya lalu berkata: "Demi Allah, hal ini akan saya beritahukan kepada Rasulullah s.a.w." Saya pun mendatanginya terus memberitahukan kepadanya tentang apa-apa yang dikatakan oleh orang itu. Maka berubahlah warna wajah beliau sehingga menjadi semacam sumba merah -merah padam karena marah- lalu bersabda: "Siapakah yang dapat dinamakan adil, jikalau Allah dan RasulNya dianggap tidak adil juga." Selanjutnya beliau bersabda: "Allah merahmati Nabi Musa. Ia telah disakiti dengan cara yang lebih sangat dari ini, tetapi ia tetap sabar." Saya sendiri berkata: "Ah, semestinya saya tidak memberitahukan dan saya tidak akan mengadukan lagi sesuatu pembicaraanpun setelah peristiwa itu kepada beliau lagi." (Muttafaq 'alaih). Sabda Nabi s.a.w. Kashshirfi dengan kasrahnya shad muhmalah, artinya sumba merah.

43. Dari Anas r.a., berkata: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jikalau Allah menghendaki kebaikan pada seorang hambaNya, maka ia mempercepatkan suatu siksaan -penderitaan- sewaktu dunia, tetapi jikalau Allah menghendaki keburukan pada seorang hambaNya, maka orang itu dibiarkan sajalah dengan dosanya, sehingga nanti akan dipenuhkan balasan -siksaannya pada- hari kiamat." Dan Nabi s.a.w. bersabda -juga riwayat Anas r.a.-: "Sesungguhnya besarnya balasan -pahala- itu menilik -tergantung pada- besarnya bala' yang menimpa dan sesungguhnya Allah itu apabila mencintai sesuatu kaum, maka mereka itu diberi cobaan. Oleh sebab itu barangsiapa yang rela -menerima bala' tadi-, ia akan memperoleh keridhaan dari Allah dan barangsiapa yang uring-uringan maka ia memperoleh kemurkaan Allah pula." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini hadits hasan.

44. Dari Anas r.a., katanya: "Abu Thalhah itu mempunyai seorang putera yang sedang menderita sakit. Abu Thalhah keluar pergi -menghadap Nabi s.a.w., kemudian anaknya itu dicabutlah ruhnya -yakni meninggal dunia-. Ketika Abu Thalhah kembali -waktu itu ia sedang berpuasa, ia berkata: "Bagaimanakah keadaan anakku?" Ummu Sulaim, yaitu ibu anak tersebut -jadi istrinya Abu Thalhah- menjawab: "Ia dalam keadaan yang setenang-tenangnya." Istrinya itu lalu menyiapkan makanan malam untuknya kemudian Abu Thalhah pun makan malamlah, selanjutnya ia menyetubuhi istrinya itu. Setelah selesai, Ummu Sulaim berkata: "Makamkanlah anak itu." Setelah menjelang pagi harinya Abu Thalhah mendatangi Rasulullah s.a.w., lalu memberitahukan hal tersebut -kematian anaknya yang ia baru mengerti setelah selesai tidur bersama istrinya. Kemudian Nabi bersabda: "Adakah engkau berdua bersetubuh tadi malam?" Abu Thalhah menjawab: "Ya." Beliau lalu bersabda pula: "Ya Allah, berikanlah keberkahan pada kedua orang ini -yakni Abu Thalhah dan istrinya-. Selanjutnya Ummu Suiaim itu melahirkan seorang anak lelaki lagi. Abu Thalhah lalu berkata padaku -aku di sini ialah Anas r.a. yang meriwayatkan Hadis ini-: "Bawalah ia -anak yg baru lahir tersebut- sehingga engkau datang di tempat Nabi s.a.w. dan besertanya kirimkanlah beberapa biji buah kurma. Nabi s.a.w. bersabda: "Adakah besertanya sesuatu benda?" Ia -Anas- menjawab: "Ya, ada beberapa biji buah kurma." Buah kurma itu diambil oleh Nabi s.a.w. lalu dikunyahnya kemudian diambillah dari mulutnya, selanjutnya dimasukkanlah dalam mulut anak tersebut. Setelah itu digosokkan di langit-langit mulutnya dan memberinya nama Abdullah." (Muttafaq 'alaih).

Dalam riwayat Bukhari disebutkan demikian: Ibnu 'Uyainah berkata: "Kemudian ada seorang dari golongan sahabat Anshar berkata: "Lalu saya melihat sembilan orang anak lelaki yang semuanya dapat membaca dengan baik dan hafal akan al-Quran, yaitu semuanya dari anak-anak Abdullah yang dilahirkan hasil peristiwa malam dahulu itu. Dalam riwayat Muslim disebutkan: "Anak Abu Thalhah dari Ummu Sulaim meninggal dunia, lalu istrinya itu berkata kepada seluruh keluarganya: "Janganlah engkau semua memberitahukan hal kematian anak itu kepada Abu Thalhah, sehingga aku sendirilah yang hendak memberitahukannya nanti." Abu Thalhah -yang saat itu berpergian- lalu datanglah, kemudian istrinya menyiapkan makan malam untuknya dan iapun makan dan minumlah. Selanjutnya istrinya itu memperhias diri dengan sebaik-baik hiasan yang ada padanya dan bahkan belum pernah berhias semacam itu sebelum peristiwa tersebut. Seterusnya Abu Thalhah menyetubuhi istrinya. Sewaktu istrinya telah mengetahui bahwa suaminya telah kenyang -puas- dan selesai menyetubuhinya, iapun berkatalah pada Abu Thalhah: "Bagaimanakah pendapat kanda, jikalau sesuatu kaum meminjamkan sesuatu yang dipinjamkannya kepada salah satu keluarga, kemudian mereka meminta kembali apa yang dipinjamkannya. Patutkah keluarga yang meminjamnya itu menolak untuk mengembalikannya benda tersebut kepada yang meminjaminya?" Abu Thalhah menjawab: "Tidak boleh menolaknya -yakni harus menyerahkannya." Kemudian berkata pula istrinya: "Nah, perhitungkanlah bagaimana pinjaman itu jikalau berupa anakmu sendiri?" Abu Thalhah lalu marah-marah kemudian berkata: "Engkau biarkan aku tidak  mengetahui -kematian anakku itu, sehingga setelah aku terkena kotoran -maksudnya kotoran bekas bersetubuh, lalu engkau beritahukan hal anakku itu padaku." Iapun lalu berangkat sehingga datang di tempat Rasulullah s.a.w. lalu memberitahukan segala sesuatu yang telah terjadi, kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: "Semoga Allah memberikan keberkahan kepadamu berdua dalam malam mu itu." Anas r.a. berkata: "Kemudian istrinya hamil." Anas r.a. melanjutkan katanya: "Rasulullah s.a.w. sedang dalam berpergian dan Ummu Sulaim itu menyertainya pula -bersama suaminya juga. Rasulullah s.a.w. apabila datang di Madinah di waktu malam dari berpergian, tidak pernah mendatangi rumah keluarganya malam-malam. Ummu Sulaim tiba-tiba merasa sakit karena hendak melahirkan, maka oleh karena Abu Thalhah tertahan -yakni tidak dapat terus mengikuti Nabi s.a.w. Rasulullah s.a.w. terus berangkat." Anas berkata: "Setelah itu Abu Thalhah berkata: "Sesungguhnya Engkau tentulah Maha Mengetahui, ya Tuhanku, bahwa saya ini amat tertarik sekali untuk keluar berpergian bersama-sama Rasulullah s.a.w. di waktu beliau keluar berpergian dan untuk masuk -tetap di negerinya- bersama-sama dengan beliau di waktu beliau masuk. Sesungguhnya saya telah tertahan pada saat ini dengan sebab sebagaimana yang Engkau ketahui." Ummu Sulaim lalu berkata: "Hai Abu Thalhah, saya tidak menemukan sakitnya hendak melahirkan sebagaimana yang biasanya saya dapatkan -jikalau hendak melahirkan anak. Maka itu berangkatlah. Kitapun -maksudnya Rasulullah s.a.w., Abu Thalhah dan istrinya- berangkatlah, Ummu Sulaim sebenarnya memang merasakan sakit hendak melahirkan, ketika keduanya itu datang, lalu melahirkan seorang anak lelaki. Ibuku -yakni ibunya Anas r.a.- berkata padaku -pada Anas r.a.: "Hai Anas, janganlah anak itu disusui oleh siapapun sehingga engkau pergi pagi-pagi besok dengan membawa anak itu kepada Rasulullah s.a.w." Ketika waktu pagi menjelma, saya -Anas r.a.- membawa anak tadi kemudian pergi dengannya kepada Rasulullah s.a.w. Ia lalu meneruskan cerita hadits ini sampai selesainya.

Keterangan:
Hadis di atas itu memberikan kesimpulan tentang sunnahnya melipur orang yang sedang dalam kedukaan agar berkurang kesedihan hatinya, juga bolehnya memalingkan sesuatu persoalan kepada persoalan yang lain lebih dulu, untuk ditujukan kepada hal yang dianggap penting, sebagaimana perilaku istri Abu Thalhah kepada suaminya. Ini tentu saja bila amat diperlukan untuk berbuat sedemikian itu. Sementara itu hadits di atas juga menjelaskan akan sunnahnya seorang istri berhias seelok-eloknya agar suaminya tertarik padanya dan tidak sampai terpesona oleh wanita lain, sehingga menyebabkan terjerumusnya suami itu dalam kemesuman yang diharamkan oleh agama. Demikian pula istri dianjurkan sekali untuk berbuat segala hal yang dapat menggembirakan suami dan melayaninya dengan hati penuh kelapangan serta wajah berseri-seri, baik dalam menyiapkan makanan dan hidangan sehari-hari ataupun dalam seketiduran. Jadi salah sekali, apabila seorang wanita itu malahan berpakaian serba kusut ketika di rumah, tetapi di saat keluar rumah lalu bersolek seindah-indahnya. Juga salah pula apabila seorang istri itu kurang memperhatikan keadaan dan selera suaminya dalam hal makan minumnya, ataupun dalam cara melayaninya dalam persetubuhan.

45. Dari Abu Hurariah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Bukanlah orang yang keras -kuat- itu dengan banyaknya berkelahi -bergulat-, sesungguhnya orang-orang yang keras -kuat- ialah orang yang dapat menguasai dirinya di waktu sedang marah-marah." (Muttafaq 'alaih)

Keterangan:
Ashshura-ah dengan dhammahnya shad dan fathahnya ra', menurut asalnya bagi bangsa Arab, artinya ialah orang yang suka sekali menyerang atau membanting orang banyak (sampai terbaring atau tidak sadarkan diri).

46. Dari Sulaiman bin Shurad r.a., katanya: "Saya duduk bersama Nabi s.a.w. dan di situ ada dua orang yang saling bermaki-makian antara seorang dengan kawannya. Salah seorang dari keduanya itu telah merah padam mukanya dan membesarlah urat lehernya, kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya saya mengetahui suatu kalimat yang apabila diucapkannya, tentulah hilang apa yang ditemuinya -kemarahannya, yaitu andaikata ia mengucapkan: "A'udzu billahi minasy syaithanir rajim," tentulah lenyap apa yang ditemuinya itu. Orang-orang lalu berkata padanya - orang yang merah padam mukanya tadi: "Sesungguhnya Nabi s.a.w. bersabda: "Mohonlah perlindungan kepada Allah dari syaitan yang direjam." (Muttafaq 'alaih)

47. Dari Mu'az bin Anas r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang menahan marahnya padahal ia kuasa untuk meneruskannya -melaksanakannya- maka Allah Subhanahu wa Ta'ala mengundangnya di hadapan kepala -yakni disaksikan- sekalian makhluk pada hari kiamat, sehingga disuruhnya orang itu memilih bidadari-bidadari yang membelalak matanya dengan sesuka hatinya. Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.

48. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya ada seorang lelaki berkata kepada Nabi s.a.w.: "Berilah wasiat padaku." Beliau s.a.w. bersabda: "Jangan marah." Orang itu mendatanginya berkali-kali tetapi beliau s.a.w. tetap bersabda: "janganlah marah." (Riwayat Bukhari)

Keterangan:
Yang perlu dijelaskan sehubungan dengan hadits ini ialah:
  1. Orang yang bertanya itu menurut riwayat ada yang mengatakan dia itu ialah Ibnu Umar, ada yang mengatakan Haritsah atau Abuddarda'. Mungkin juga memang banyak yang bertanya demikian itu.
  2. Kita dilarang marah ini apabila berhubungan dengan sesuatu yang hanya mengenai hak diri kita sendiri atau hawa nafsu. Tetapi kalau berhubungan dengan hak-hak Allah, maka wajib kita pertahankan sekeras-kerasnya, misalnya agama Allah dihina orang, al-Quran diinjak-injak atau dikencingi, alim ulama diolok-olok padahal tidak bersalah dan lain-lain sebagainya.
  3. Yang bertanya itu mengulangi berkali-kali seolah-olah meminta wasiat yang lebih penting, namun beliau tidak menambah apa-apa. Hal ini karena menahan marah itu sangat besar manfaat dan faedahnya. Cobalah kalau kita ingat-ingat, bahwa timbulnya semua kerusakan di dunia ini sebagian besar ialah karena manusia ini tidak dapat mengekang hawa nafsu dan syahwatnya, tidak suka menahan marah, sehingga menimbulkan darah mendidih dan akhirnya ingin menghantam dan membalas dendam.
49. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidak henti-hentinya bencana -bala'- itu mengenai seorang mu'min, lelaki atau perempuan, baik dalam dirinya sendiri, anaknya ataupun hartanya, sehingga ia menemui Allah Ta'ala dan di atasnya tidak ada lagi sesuatu kesalahanpun." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih.

50. Dari ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: 'Uyainah bin Hishn datang -ke Madinah-, kemudian turun -sebagai tamu- pada anak saudaranya -sepupunya- yaitu Alhur bin Qais. Alhur adalah salah seorang dari sekian banyak orang-orang yang didekatkan oleh Umar r.a. -yakni dianggap sebagai orang dekat dan sering diajak bermusyawarah-, karena para ahli baca al-Quran -yang pandai maknanya- adalah menjadi sahabat-sahabat yang menetap di majlis Umar r.a. serta orang-orang yang diajak bermusyawarah olehnya, baik orang-orang tua maupun yang masih muda-muda usianya. 'Uyainah berkata kepada sepupunya: "Hai anak saudaraku engkau mempunyai wajah -banyak diperhatikan- di sisi Amirul mu'minin ini. Cobalah meminta izin padanya supaya aku dapat menemuinya. Saudaranya itu memintakan izin untuk 'Uyainah lalu Umarpun mengizinkannya. Setelah 'Uyainah masuk, lalu ia berkata: "Hati-hatilah, hai putera Alkhaththab - yaitu Umar, demi Allah, tuan tidak memberikan banyak pemberian -kelapangan hidup- pada kita dan tidak pula tuan memerintah di kalangan kita dengan keadilan." Umar r.a. marah sehingga hampir-hampir saja akan menjatuhkan hukuman padanya. Alhur kemudian berkata: "Ya Amirul mu'minin, sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman kepada NabiNya s.a.w. - yang artinya: "Berilah maaf, perintahlah kebaikan dan berpalinglah -jangan menghiraukan- pada orang-orang yang bodoh." Dan ini -yakni 'Uyainah- adalah termasuk golongan orang-orang yang bodoh. Demi Allah, Umar tidak pernah melaluinya -melanggarnya- di waktu Alhur membacakan itu. Umar adalah seorang yang banyak berhentinya -amat mematuhi- di sisi Kitabullah Ta'ala. (Riwayat Bukhari)

51. Dari Ibnu Mas'ud r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya saja akan terjadi sesudahku nanti cara mementingkan diri sendiri -sedang orang lain lebih berhak untuk memperolehnya- dan juga beberapa perkara yang engkau semua akan mengingkarinya. Orang-orang semua berkata: "Ya Rasulullah, maka apakah yang akan Tuan perintahkan pada kita -kaum Muslimin. Beliau s.a.w. bersabda: "Supaya engkau semua menunaikan hak yang menjadi kewajibanmu untuk dilaksanakan dan mohonlah kepada Allah akan hak yang memang menjadi milikmu semua." (Muttafaq 'alaih)

52. Dari Abu Yahya yaitu Usaid bin Hudhair r.a. bahwasanya ada seorang lelaki dari kaum Anshar berkata: "Ya Rasulullah, mengapakah tuan tidak menggunakan saya sebagai pegawai, sebagaimana tuan juga menggunakan si Fulan dan Fulan itu?" Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Sesungguhnya engkau semua akan menemui sesudahku nanti suatu cara mementingkan diri sendiri -sedang orang lain lebih berhak untuk memperolehnya-, maka dari itu bersabarlah, sehingga engkau semua menemui aku di telaga -pada hari kiamat." (Muttafaq 'alaih)

53. Dari Abu Ibrahim, yaitu Abdullah bin Abu Aufa radhiallahu 'anhuma bahwa Rasulullah s.a.w. pada suatu hari di waktu beliau itu bertemu dengan musuh, beliau menantikan sehingga matahari condong -hendak terbenam- beliau lalu berdiri di muka orang banyak kemudian bersabda: "Hai sekalian manusia, janganlah engkau semua mengharap-harapkan bertemu musuh dan mohonlah kepada Allah akan keselamatan. Tetapi jikalau engkau semua menemui musuh itu, maka bersabarlah. Ketahuilah olehmu semua bahwasanya syurga itu ada di bawah naungan pedang." Selanjutnya Nabi s.a.w. bersabda: "Ya Allah yang menurunkan kitab, yang menjalankan awan, Yang menghancur-leburkan gabungan pasukan musuh. Hancur leburkanlah mereka itu dan berilah kita semua kemenangan atas mereka." (Muttafaq 'alaih) Wabillahittaufiq (Dan dengan Allah itulah adanya pertolongan).

Keterangan:
Dalam mengulas sabda Rasulullah s.a.w. yang berbunyi: "Syurga itu ada di bawah naungan pedang." Imam al-Qurthubi berkata: "Ucapan itu adalah suatu pertanda betapa indahnya susunan kalimat yang digunakan oleh Rasulullah s.a.w. Sedikit kata-katanya, tetapi luas pengertiannya. Maksudnya ialah bahwa letak syurga itu dengan memberikan perlawanan kepada musuh, manakala mereka telah memulai menyerang kedudukan kita. Jika sudah dalam keadaan terjepit dan musuh sudah menyerbu dekat sekali dengan tempat pertahanan kita, maka tiada jalan lain, kecuali dengan beradu kekuatan, yakni pedanglah yang wajib digunakan untuk penyelesaian, menang atau kalah. Jika pedang kaum Muslimin sudah beradu dengan pedang musuh, masing-masing pihak menangkis serangan musuhnya, pedang meninggi dan merendah, sampai-sampai bayangannya tampak jelas. Naungan pedang itulah yang menyebabkan kaum Muslimin akan memperoleh kebahagiaan dalam dua keadaan:
  1. Jika kalah dan mati, gugurlah sebagai pejuang syahid dan pasti masuk syurga tanpa dihisab. Di kalangan umatpun menjadi harum namanya.
  2. Jika menang dan selamat sampai dapat kembali ke rumah ia juga akan merasakan kenikmatan syurga dunia, hidup dalam keluhuran dan kejayaan.

Sumber:

anime komik

ONE PIECE

anime video

STATISTIK MINGGU INI

Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

Cari Blog Ini

members

About

Popular Posts