Minggu, 30 Desember 2012
15.12
Unknown
cerita agama
No comments
Tidak seperti biasanya, hari itu Ali bin Abi Thalib pulang lebih awal menjelang asar. Fatimah binti Rasulullah menyambut kedatangan suaminya yang sehari suntuk mencari rezeki dengan sukacita. Siapa tahu Ali membawa wang lebih banyak kerana keperluan di rumah makin besar. Sesudah melepas lelah, Ali berkata kepada Fatimah. "Maaf sayangku, kali ini aku tidak membawa wang sesenpun." Fatimah menyahut sambil tersenyum, "Memang yang mengatur rezeki tidak duduk di pasar, bukan? Yang memiliki kuasa itu adalah Allah Ta'ala." "Terima kasih," jawab Ali. Matanya memberat lantaran isterinya begitu tawakkal. Padahal keperluan dapur sudah habis sama sekali. Pun begitu Fatimah tidak menunjukan sikap kecewa atau sedih.
Ali lalu berangkat ke masjid untuk menjalankan sholat berjamaah. Sepulang dari sembahyang, di jalan ia dihentikan oleh seorang tua. "Maaf anak muda, betulkah engkau Ali anaknya Abu Thalib?" Ali menjawab dengan hairan. "Ya betul. Ada apa, Tuan?". Orang tua itu mencari kedalam begnya sesuatu seraya berkata: "Dahulu ayahmu pernah kusuruh menyamak kulit. Aku belum sempat membayar upahnya, ayahmu sudah meninggal. Jadi, terimalah wang ini, sebab engkaulah ahli warisnya." Dengan gembira Ali mengambil haknya dari orang itu sebanyak 30 dinar.
Tentu saja Fatimah sangat gembira memperoleh rezeki yang tidak di sangka-sangka ketika Ali menceritakan kejadian itu. Dan ia menyuruh membelanjakannya semua agar tidak pusing-pusing lagi merisaukan keperluan sehari-hari.
Ali pun bergegas berangkat ke pasar. Sebelum masuk ke dalam pasar, ia melihat seorang fakir menadahkan tangan, "Siapakah yang mahu menghutangkan hartanya kerana Allah, bersedekahlah kepada saya, seorang musafir yang kehabisan bekal di perjalanan." Tanpa berfikir panjang, Ali memberikan seluruh wangnya kepada orang itu.
Pada waktu ia pulang dan Fatimah kehairanan melihat suaminya tidak membawa apa-apa, Ali menerangkan peristiwa yang baru saja dialaminya. Fatimah, masih dalam senyum, berkata, "Keputusan kanda adalah yang juga akan saya lakukan seandainya saya yang mengalaminya. Lebih baik kita menghutangkan harta kerana Allah daripada bersifat bakhil yang di murkai-Nya, dan yang menutup pintu syurga untuk kita."
Related Posts:
Perampok Yang Fakih ' Diriwayatkan, pada suatu malam, Hakim wilayah Anthaqia keluar rumah, dan pergi ke kebun miliknya. Setelah ia sampai di luar desa, ia dihadang perampok.Si perampok menghardik: “Tinggalkanlah semua yang kamu pakai, kalau t… Read More
Cerdasnya Syaikh Abdurrahman as-Sa’di Rahimahullah Dalam Berfatwa Ketika ditemukan alat pengeras suara terjadi pro dan kontra tentang hukumnya. Namun Syaikh Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah dengan tegarnya berkhotbah menegaskan bahwa hal ini termasuk suatu kenikmatan yang harus disyukur… Read More
Saat Sujud, Seorang Imam Masjid Mendengar Seruan Putranya Yang Hampir Mati Tenggelam Kisah nyata ini diceritakan sendiri oleh pelakunya dan pernah disiarkan oleh Radio Al Qur’an di Makkah al Mukarramah. Kisah ini terjadi pada musim haji dua tahun yang lalu di daerah Syu’aibah, yaitu daerah pesisir pantai … Read More
KEAMPUHAN SYAHADAT Sebagai orang Muslim, kita sangat mengenal Syahadat, sebagai suatu ikrar atau ijab qobul seseorang pemeluk agama Islam. Sehingga siapapun yang dengan sungguh-sungguh, sadar dan ikhlas mengucapkan Syahadat, maka ia telah s… Read More
Percakapan Syeikh Dr. Muhammad Hasan dengan Seorang Pemuda yang Keras dalam BerislamSYEIKH Dr. Muhammad Hasan, semoga Allah menjaganya, berkata: Aku berdiskusi dengan seorang pemuda yang keras (dalam ber-Islam):Maka aku bertanya, “Apakah meledakkan Klub malam di suatu negara muslim halal atau haram?”Dan dia… Read More
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar